Sabtu, 26 Januari 2019

Mas Sholih dan Kisah Umar bin Khattab


Bebek Ungkep,  rasanya manteb
Pada zaman dahulu, di sebuah  desa di pelosok Bantul.
Tersebutlah seorang anak lelaki berumur 9 tahun. Yang katanya mau jadi anak sholih. Yang katanya mau meneladani Rasulullah saw dan sahabat-sahabatnya.

Suatu hari, Emaknya baru pulang mudik. Selain membawa oleh -oleh berupa buah-buahan, juga membawa beberapa bungkus bebek ungkep Betra produksi pabriknya Pak Guru Apik.
Malam itu, emaknya memanggil anaknya untuk segera ke tempat hidangan, buat makan bersama. Anaknya menolak, dengan alasan sebagaimana disampaikan di kisah Umar. Umar bin Khattab ya, bukan Umar bin Agus, hehe...
Tau kan?
Maksud emak, tau kan kenapa Umar bin Khattab tidak mau makan bersama-sama dengan ibunya?
Ya, betul.,..
"Karena aku tidak mau tanganku mengambil makanan lebih dulu dari ibuku. Sementara ibuku lebih dulu melihat makanan itu, dan menginginkannya."
Maasya Allah...
Emaknya terharu.
Namun tak kurang akal, dibujuknyalah si Anak Sholih tersebut.
"Kan, kita bisa potongan... Kita bagi, supaya Mas dapet dan Ummi juga dapet bagian."
Anaknya keukeuh menggeleng. Hingga suara adzan Isya terlantun dari salah satu masjid.
Anaknya bergegas bangun.
"Mas mau ke masjid dulu. Mau adzan." Demikian dia mengelak.
"Nak, kalau hidangan sudah tersedia, kita boleh menunda ke masjid kok. Lebih afdhol makan dulu. Supaya nanti pas sholat bisa lebih khusyuk, gak terbayang-bayang dengan makanan yang dihidangkan." Ibunya berusaha menahan.
Namun, anaknya tetap berlalu ke masjid.
Tak lama, sang Emak mendengar suara adzan mengalun. Suara khas putranya.
Dia menyimaknya dengan takzim.
Namun, setelah lantunan 'Hayya 'ala..' suara adzan berhenti sejenak. Kentara, muadzinnya bingung.
Emaknya menghela napas...
Kemudian terdengar 'sholaah...'
Emak tersenyum tipis.
Akhirnya berlalu ke tempat wudhu.
Meninggalkan sejenak hidangan yang sudah tersaji. Mengikuti jejak putranya yang lebih dulu menunaikan panggilan sholat.
Usai sholat berjama'ah, mereka kembali menghampiri hidangan tersaji. Paket terakhir bebek ungkep yang sudah digoreng si Emak akhirnya berpindah ke piring-piring semua anggota.
Si Muadzin yang terakhir mengambil bagiannya.

Ketika hendak mengambil nasi, Emaknya buka suara, "Mas, tadi lupa ya?" Sambil mengulas senyum supaya anaknya tidak merasa sebagai tersalah. "Kan tadi sudah Ummi bilang, kata Rasulullah, boleh kok, menunda berangkat ke masjid kalau hidangan telah disajikan. Hanya saja gak boleh sering-sering terlambat ke masjidnya. Ini pengingat juga buat Ummi, biar menghidang makan malamnya gak mepet-mepet waktu Isya. Supaya bisa makan dengan tenang dan gak harus buru-buru ke masjid."
Si Sholih hanya tersenyum kecil. Lalu segera menyuap makanan ke mulutnya.
"Enak, Mi bebek gorengnya. Apalagi pakai sambel."
"Alhamdulillaaah.."
"Masih ada lagi gak, Mi?"
Lhooo.... Ketagihan yaa?

Gombak,260119

Selasa, 01 Januari 2019

Rihlah Akhir Tahun

Akhir tahun, full kegiatan nge-trip.
Duo Mas Sholih, sudah diagendakan outbond dari sekolah.
Abi ada trip ke Malaysia-Thailand bareng kampusnya.
Sementara Ummi, harus nge-trip ke Gombak lagi sehubungan dengan urusan administrasi kampus.

Tinggallah si Kakak Cantik dan adek ganteng yang masih kosong jadwal.
Jadi berkeinginan juga ngajak mereka nge-trip alias rihlah tipis-tipis seputaran Bantul saja. Tak lain tujuannya untuk merekatkan hati, secara emaknya sering pergi-pergi.


Quality time for quality bonding
Nah, Ummi penasaran banget, pengen lihat hutan wisata Mangunan.
Sepertinya spot wisata ini menarik untuk dikunjungi.
Tadinya mau ngajak kakak juga.
Tapi, dia sudah terlanjur berangkat ke sekolah, bareng si Duo sholih yang berangkat outbond, juga dari sekolah.
Maka dimulailah perjalanan kami bertiga.
Ternyata, Gmaps tidak selalu menuntun ke jalan yang benar.
Beberapa kali, kami harus turun kendaraan dan bertanya pada penduduk setempat.

View menuju Bantul
Namun, view sepanjang perjalanan cukup menyejukkan mata.
Cukup lamaaa dan jauh perjalanan, akhirnya kami tiba di...
Puncak Becici, hehe...
View menuju Becici

Hutan pinusnya Becici
Karena capek dan cuaca bergerimis, sudahlah, berhenti di sana saja.
Namun, suasana di sana di luar ekspektasi kita. Karena banyak pengunjung yang justru tidak mengenal etika lingkungan.
Kita pengen nyari udara segar... Eh, pengunjung merokok bebas saja di mana-mana, hiks.

Hanya sebentar di Becici. Lalu turun dan memutar mengambil jalan pulang lewat jalur yang berbeda.
Eh, ketemu spot lain yang cukup cantik, Pegunungan Mungker.
Akhirnya memutuskan mampir, dan agak lama ngadem di sini, karena memang viewnya lebih memanjakan mata. Plus cukup banyak spot yang instagramable, hehe..
Kalaulah tak ingat si Kakak, mau lebih lama lagi di situ.

Eksyen di salah satu spot Gunung Mungker

Di depan kebun herbal Fakultas Farmasi UGM

Rihlah akhir tahun full sekeluarga, adalah perjalanan ke kampus UGM. Melongok lab tempat Ummi kerja. Dilanjut singgah ke LPPT  UGM untuk mengantar sampel uji dan melongok koleksi kebun herbal di Fakultas Farmasi seusai sholat asar.
Hari terakhir di Jogja, akhirnya mengajak anak-anak ke Klaten, mengintip Prambanan, Candi Sewon dan Candi Gana. Lalu lanjut maen air di kawasan Kalasan.
Lumayan, menghibur anak-anak, sekaligus mengeratkan bonding sebelum Umminya nge-trip selama 2 minggu lebih ke Gombak.

Merasakan, betapa penuh perjuangan untuk menjaga keterikatan hati dengan mereka. Mengukir momen-momen manis dalam jiwa kanak mereka, supaya bisa kelak dikenang ketika beranjak dewasa.
Mungkin tak tunai sepertimana seharusnya.
Tetapi semoga kelak diberikan kesempatan di hari-hari mendatang.
Berkumpul, berbagi cerita, ceria dan cinta. Aamiin

2018 in Review

Tahun 2018 adalah tahun yang cukup signifikan dalam petualangan intelektual saya.
Tidak banyak kunjungan dibuat dalam tahun ini. Namun, step-step dalam studi lumayan signifikan meningkat.
Seminar proposal dan revisi tuntas, kerja lab sudah bisa dimulai (walaupun harus indent chemical sampai 4 bulan) dan bisa publish satu artikel pada skala international bareng Pak Suheryanto.
Semoga 2019 bisa menulis dan publish lebih banyak.

Aktivitas, lebih banyak di seputaran Jogja. Sesekali ke Gombak untuk diskusi, buat laporan dan urusan administrasi lainnya.
Sempat singgah Juga ke Semarang, Rembang, Solo untuk kunjungan keluarga dan nganterin teman. Alhamdulillah, azzam untuk bertemu dengan Mak tercapai di akhir tahun. Akhirnya menjejak juga di kota kelahiran, Palembang, walaupun tanpa perencanaan matang sebelumnya.

Memanglah tak mudah menjalani kondisi ini. Status sebagai ibu pembelajar yang juga masih menyambi beberapa tugas dari kampus sebagai pengelola jurnal, seringkali membuat fokus terpecah.
Apalagi beberapa kerja sebagai redaksi seringkali loading menjelang nge-trip.

Penampakan GeNose

Alhamdulillah, dalam hal pelaksanaan penelitian progress cukup signifikan.
Ketika akhirnya melihat senyum lebar Pak Pembimbing Riset setelah melihat hasil analisis data, rasa syukur tak terkira. Akhirnya pencarian ini menemukan muaranya, walaupun masih jauh lagi perjalanannya. Baru 20% euy.
Hari-hari melototi skala termometer, hotplate  dan GeNose,  sepertinya masih akan berlanjut. Bahkan masih harus berjibaku pula dengan instrumen lainnya seperti UV-Visible spektro, HPLC-MS, bahkan SPME-GC-MS yang entah dimana bisa kutemukan.
Tetapi, optimis sajalah.
Semoga, metode autentikasi yang masih dalam tahap investigasi lanjut, bisa segera dibakukan. Aamiin.



Alhamdulillah juga, suami dan anak-anak sangat kooperatif dan pengertian. Walaupun dalam hati terkadang diliputi rasa bersalah, karena tak purna menjalankan peran sebagai ibu mereka. Namun, capaian anak-anak sangat membanggakan. Semoga bisa istiqomah dan makin baik di hari-hari selanjutnya.


Bersama Emak, guru terbaikku dan my lovely sister
Hadiah akhir tahun terindah, adalah keluarnya izin untuk berziarah kepada Mak di Talang Balai.
Lama tak pulang. Rindu menggunung sudah.
Mencium tangan keriputnya, dan menjumpainya dengan senyum menyambutku, sudah cukup melunturkan semua rasa. Walau beliau tak mengenali lagi jati diriku, tak mengapa.
Memanglah, Allah selalu punya skenario manis untuk hamba-hambaNya.
Semoga makin tebal kesyukuran dan kesabaran dalam meniti hari-hari penuh perjuangan di tahun 2019.

Temu kangen with MIKI '95 personels

Ah ya, sempat bertemu beberapa dosen dan teman-teman mipa kimia Unsri, juga adalah hadiah manis. Tak terasa 18 tahun sudah berlalu saja. Tersadarkan diri semakin tua, hehe..
Berharap, kedepannya, silaturrahim tetap terjaga.


Besok, insya Allah akan kembali ke Jogja. Kembali ke pangkuan keluarga. 2 kali ganti tahun, tak bisa ngumpul bersama. Semoga tahun depan bisa...
Semoga di 2019 tercurah keberkahan dan kebaikan untuk kita semua. Bismillah..