Senin, 03 November 2014

Antara Muzammil, Sepeda Tinggi dan Tempe

Sepulang dari kampus semalam, Abahnya anak-anak menunjuk  sebuah sepeda di depan pagar. Sepeda putih bergaris biru berlabel wimcycle itu tampak fresh. Masih baru.
"Sepeda mahal nih, Bi," aku mengomentari.  Lalu segera masuk rumah.

Beberapa saat setelahnya kami bertukar cerita, tentang kejadian seharian itu, spesial topik tentang anak-anak. Betapa mereka semakin pintar, semakin sholih, menggemaskan sekaligus menyejukkan mata.   Walaupun kadang berlaku sedikit menguras energi dan emosi, wajarlah, mereka masih di fase pertama kehidupan.
Teringat tentang sepeda di depan pagar tadi, kami sama-sama memaklumi keinginan besar anak-anak untuk punya sepeda baru yang lebih tinggi, sepeda anak-anak yang beroda dua,  karena Irsyad sudah bisa mengendarainya.  Berulang kali dia dengan bangga menyampaikan kepada kami kalau dia sudah bisa naik sepeda tinggi. Kami paham maksudnya,tak lain  minta dibelikan sepeda baru.  Beruntungnya anak-anak sudah mulai bisa mengendalikan keinginannya dan memahami kondisi kantong kami.  Permintaan-permintaan yang belum bisa dipenuhi tidak lantas menjadikan mereka patah semangat atau melampiaskan dengan perilaku tantrum.  Hmm, senangnya punya anak yang pengerrtian begini, hehe.

Sepeda di depan pagar yang tadi kami lihat adalah sepeda baru anak tetangga.  Selalu saja ada barang baru dan berkelas yang membuat kepingin anak-anakku.

***

Pagi ini, mereka kembali bertutur tentang sepeda baru itu.  Aku pura-pura belum tahu dan menanggapi dengan antusias. Semalam, saat aku pulang, anak-anak memang sudah tidur.  Sembari menyantap martabak, aku menjalankan trikku untuk  mengawal anak-anak mengulangi buku Iqro mereka.  Anak-anak lanang ini lumayan lasak, setiap pagi ada saja alasannya untuk menggeser waktu belajar.  Jadi aku menuliskan halaman yang harus mereka baca di papan tulis dan kami duduk membacanya bersama-sama.  Tak terkecuali Utsman.

Pedang plastic berubah menjadi penunjuk baris yang harus dibaca.  Utsman, Umar dan Irsyad merubung di depan papan tulis. Antusias.  Aku tersenyum.
Irsyad mulai 3 baris pertama. Oya, dia sudah Iqro 4 sekarang. Selanjutnya jatah Umar, mengulangi huruf-huruf hijaiyah sampai kho.  Diikuti Utsman yang selalu tampak bersemangat kalau ketemu pensil, pena atau spidol dan buku Iqro. Begitulah suasana kelas kami pagi ini.
Selanjutnya, aku menuliskan surat Al Muzammil, surat yang sempat tertunda menghafalnya karena beberapa kali kelas libur. Aku menuliskan ayat ke-10 sampai 12. Membacakannya dihadapan anak-anak dan meminta mereka mengikuti bacaanku.  Hal yang kemudian mengusik perhatianku adalah kenyataan bahwa Irsyad sudah menghafalnya dengan hampir sempurna.  Ia membaca, membaca dan membaca terus lanjutannya dan aku menyimak bacaannya sambil memegang mushaf.  
Ternyata bacaannya nyaris benar semua, hanya sedikit kekeliruan semisal tasydid, atau huruf-huruf yang terdengar mirip yang membuatku harus mengoreksinya. 
Subhanalloh… anak ini benar-benar membuatku takjub.  Ternyata, rekamannya kuat sekali. Padahal akhir-akhir ini aku jarang memutar lagi Al Muzammil. 
Tanpa kusadari mataku berair, aku terharu dan bangga. Aku merangkum wajahnya dengan kedua tanganku, menciuminya dan memanjatkan doa sekaligus ungkapan kekagumanku padanya.  Ia tersenyum malu-malu. Hmm, seperti biasa dilakukannya tiap kali aku … padanya.
Saat aku menawarinya hadiah buat prestasinya itu, dengan mata berbinar dan ucapan riang dia menjawab,”TEMPE!”

Haaaahhh??? Kukira dia akan meminta sepeda baru. 
Lagi-lagi aku terharu.  Anak ini qona’ah.  Dia tidak menjadikan prestasinya itu harus dihargai dengan apapun keinginan terbesarnya.  Walaupun aku tahu, dia sangat-sangat ingin sepeda tinggi seperti punya anak tetangga itu.
“Di warung tadi gak ada tempe, kalau diganti yang lain apa?”
“Emmm…”, dia berpikir beberapa jenak, lantas kembali berucap riang, “SOYA!”
Dalam tawa lepasku, diam-diam aku bersyukur memiliki Irsyad. Sekali lagi aku mengecup kepalanya. Berdoa semoga dia dan saudara-saudaranya senantiasa menjadi penyejuk mata dan hati kami.



Batam, 30 Oktober 2014
#met menikmati soya ya Nak J