Minggu, 22 Desember 2019

Anak Tidak Perlu Pintar! Yakin?

Sumber: Google.com
Dua hari ini ramai di beranda imbauan untuk tidak pamer hasil raport anak.
Iya, pekan ini adalah pekan penerimaan hasil belajar anak-anak selama satu semester, pada umumnya. Gak termasuk anak-anak di rumah sih, karena mereka sudah terima raport semester satu di bulan November lalu.

Anehnya, perilaku ini jadi semacam perdebatan yang berkepanjangan di kalangan emak-emak.
Memang, kalo menurutku, Emak-emak Indonesia zaman now ini kelewat baper. Macam-macam yang dibikin viral karena pro dan kontra nya, yang bahkan kadang gak masuk di akalku. Kenapa yang begitu yang mesti dibikin perdebatan.
Gak selesai-selesai pro-kontra, ASI Vs Sufor, Cesar Vs Normal, MPASI home made Vs instant, ibu bekerja Vs IRT. Dah gitu adalagi infused water Vs buah utuh, bubur diaduk sama bubur ga diaduk, kabe gak kabe, bedong ga bedong, dst. Dan anehnya, itu direspon oleh mamak-mamak muda sak Endonesah raya.

Hidup itu pilihan. Dan tiap pilihan punya konsekuensi. Kita juga gak pernah tau, apa alasan di balik pilihan seseorang. Sudahlah... senymin saja, Mak.

Sampai aku berkesimpulan sendiri, Emak-emak Indonesia ini hanya bisa satu kata kalo trending topiknya pelakor dan poligami, hihi...

Bahkan, tadi juga ada pro-kontra urusan ngucapin selamat hari ibu. Waks, receh banget lah. Mungkin itu juga sebabnya kenapa Indonesia gak maju-maju,

Kembali ke urusan perdebatan pamer nilai rapaort.
Menurut aku, itu sih wajar, asalkan caranya juga wajar. Dalam artian gak nyinyirin emak lain yang anaknya gak rangking. Gak terus mengintimidasi anak ketika ternyata hasil raport anaknya tidak seperti yang diharapkan.
Sangat wajar. Itu sebagai bentuk kebanggaaan orang tua yang punya anak berprestasi.
Bukankah kita ini manusia yang egois dan narsis?
Bukankah kita ini butuh pengakuan akan keberadaan kita di atas bumi ini? Bahkan di dunia maya!

Dan tahukah, pengakuan itu bisa menaikkan percaya diri anak loh.
Percaya-gak percaya. tapi aku percaya, karena mengalami sendiri.
Bukannya sombong nih.
Sejak SD, selalu masuk 3 besar, kecuali kelas 1 SD karena memang aku anak bawang yang ikutan sekolah sebelum usia 5 tahun. Sejak kelas 2SD hingga 3 SMA selalu pegang posisi puncak.

Emak dan Pak memang gak pernah pamer. Karena menurut Pak, itu sudah konsekuensi dari kita sebagai pelajar. Segitupun, aku masih dibandingin sama dua kakak perempuanku yang waktu SD dapat beasiswa. Jadi masih gak level lah sama mereka.

SMP dan SMA, sering kali pegang posisi sebagai juara umum. Hadiahnya buku, ahahaha...
Tapi, itupun sudah bikin happy anak perempuan culun dan minderan ini.
Karena, beberapa teman, kadang memilih-milih teman gaulnya. Gak ada yang mau gaul sama anak ingusan yang culun dan tampang biasa saja. Tapi, pasti akan ada yang memilih untuk gaul alias berteman dengan anak pintar.
Walaupun aku gak dikenal sebagai diriku sendiri, sebagai Ismarti. Tapi itu tetap membanggakan. Minimal, aku gak malu-maluin pamor Bapak dan Emak sebagai guru.
FYI, hingga SMA aku lebih dikenal sebagai adiknya Idha yang pinter, manis dan imut, adiknya Irva yang pintar dan kutu buku, anaknya Pak Sohieb dan Bu Ana. Karena sekolahku dan kedua kakakku sama. Sudah gitu, beberapa guru di sekolahku dari SD sampai SMA adalah mantan murid-murid Pak.
Baru pas kuliah merasa mendapat angin surga karena bisa jadi diri sendiri.

Buat Pak dan Mak yang seorang guru, pintar itu wajib. Dan aku setuju banget.
Oleh karenanya, sepanjang masa kuliah S1, awak wajib setor Kartu Hasil Studi atawa KHS tiap semester.
And you know, yang namanya bisa lulus dengan predikat Cumlaude itu membanggakan, tau!
(Walopun banyak juga sih yang lulus dengan predikat itu!)
Tapi Cumlaude-ku itu spesial, sangat spesial karena dikawal sama 3 balita, ahaha..


Oiya, Sempat juga tadi ada trit ekstrim yang bunyinya:

Gak apa-apa kamu gak pintar, Nak, yang penting kamu baik dan punya attitute! 

Anak rangking satu. Tapi sholat gak? Baca Quran gak?


Lha, piye iki?
Itu sesuatu yang berbeda menurutku. Menurutku lho yaaaa...
Boleh gak setuju.

Anak pintar itu kudu, tapi juga kudu baik.
Kalau soal sholat, yaa itu beda! Kalau anaknya kafir, apa iya harus sholat, hehe... Nggak relevan itu konteksnya.

Bukankah orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya dari orang tak berilmu?
Bukankah orang berilmu kalau ngomong lebih didengar oleh khalayak? Kan dia pakar?
Bukankah dengan ilmu, kita akan lebih banyak peluang menebar manfaat?
Bukankah untuk mencari dunia dan akhirat seseorang harus berilmu?

Aneh sekali menurutku, seandainya seorang ibu berucap, "Nak, gak apa-apa kamu bodoh, yang penting kamu baik, gak nyakitin orang, tau adab dan etika."
Lha, kan untuk menerapkan etika dan adab juga butuh ilmu.

Btw, ada gak sih di dunia ini orang tua yang senang kalo anaknya (maaf) bodoh?
Kalau ada, menurutku itu sisa-sisa didikan jaman kolonial. Cuma penjajah yang mau rakyatnya gak pintar, supaya bisa dibodoh-bodohi.


Jangan pasrah jadi orang, Mak.
Anak belum pintar, ya ajarin biar pintar.
Toh pintar itu gak hanya sekedar pelajaran sekolah serupa IPA Matematika.
Yang namanya multiple intelligence itu ada 9 potong pizzanya.
Yang namanya ukuran kecerdasan itu banyak jenisnya. Ada IQ, EQ, SQ, AQ.

Tugas kita selaku Emak adalah menanam, dan membersamai prosesnya. Mengenali bakat dan memaksimalkan potensi yang dimiliki anak. Pastinya ukuran kita, tidak sama dengan ukuran orang lain.
Saya tiba-tiba teringat ucapan ibunda seorang Imam besar kita (Tapi saya lupa siapa), begini katanya:

Semoga dengan bertambahnya ilmumu, bertambah baik juga akhlak dan adabmu.

Di penghujung coretan, saya tiba-tiba tersadarkan, bahwa trit di awal tulisan ini tu, mungkin karena pesimisnya Emak-emak Indonesia terhadap tingkah laku 'orang-orang pintar' di ibu kota sana.
Karena menurutku pintar itu sendiri ada dua, pintar positif dan pintar negatif.
Nah, yang pintar negatif ini termasuklah pintar nipu, pinter bohong atau pintar ngOTAKi kalau kata Wong Plembang.


Sewon, 22 Des 2019






Rabu, 27 November 2019

Bolos Elegan

Tepat di September 2019, terhitung setahun aku melaksanakan lab work.
Penuh suka duka, lelah dan air mata.
Yang namanya optimasi, ada mengulang hingga 6 kali.
Belum lagi data-data pendukung yang lain, trial alat, semua menambah panjang daftar cerita.
Sampai bela-belain gak pulang mudik di Idul Adha.

Ketika akhirnya proses optimasi dapat error yang seusai dengan requirement teori, less than 5%, rasanya bisa bernafas lega. Yaa... masih cukup besar sih, tapi cukup signifikan dibanding sebelumnya yang berada di kisaran 12-27%. Ish, itu sih error banget, hehe..

Lalu, mulailah mengindahkan request anak-anak, juga ibu mertua yang kangen cucunya.
Ijin mudik ke Pak Sv dengan alasan si Mbah Kangen cucu.

Sesi berikutnya adalah, ijin mengurus adminstrasi her registrasi yang dirangkai dengan konferensi halal skala Internasional. Hmm, lumayan buat relaksasi dari kerja lab yang membosankan. Ketemu teman-teman lama, para pakar dan mantan seleb, £ups, hehe..

Bareng invited speaker dr Islamic Bussiness School, Indonesia, Mba Marissa Haque

Setelah itu kembali lagi ke rutinitas. Bikin larik, bikin membran, nempel membran, trial alat, preparasi dan sintesis sampel uji, ambil data, olah data, nulis, nulis dan nulis. Sepertinya hari-hari bergulir cepat tanpa terasa. Waktu rasanya semakin singkat. Hmm, jangan-jangan sehari sudah tidak lagi 24 jam, hihi..

Tetiba Pak Sv minta analisa tambahan untuk supporting data, akhirnya pergi ngetrip ke Subang. Tempat dimana akhirnya aku menemukan SPME yang bisa diakses publik.
Budal, dianterin sama keluarga, sekalian silaturrahim ke Mas Dody dan So Irva di Tegal.
Pulangnya nyoba rute baru jalur Utara, yang viewnya maasya...Allah.

Lalu kembali lagi, ke rutinitas, sampai bete, eneg dan merasa butuh istirahat dari semua tagihan.

Awal November ngetrip lagi, ke Subang lagi, antar sampel lagi, belajar lagi, collect data lagi, olah data lagi, rekap dan nulis paper lagi. Maasya Allah, indahnya kehidupan PhD mommy yang belum tentu bisa dirasai oleh semua mommy.😉😉

Dikawal 3 jagoan ke BB Padi. Eh, 4 jagoan, ding.



Di akhir November, mamak ngetrip lagi. Judulnya attending international conference, nambah jejaring dan wawasan. Eh, sambil nyelam minum air. Silaturahim juga ke kakak kedua dan adik bontot. Lumayan, nambah pahala, insya Allah.

Attending session with RI2, Pak Kiai Ma'ruf Amin


Next month, planning ngetrip ke main kampus, urus administrasi, tapi juga kangen Emak.
Pengen mampir nengok Emak di Palembang. Tapi bolos eleganku sudah banyak, hiks.
Khawatir, kalau gak diizinkan pergi ngetrip sama Pak Sv.

Kalo sudah begini, jadi pengin searching event ilmiah di Palembang, biar alasan ngetripnya juga ILMIAH, plus bonus silaturrahim dan birrul walidain.
Semoga, Allah kasih kemudahan.  Aamiin.


Malang, 27/11/2019
Kangen Emakku di kampung.

Jumat, 25 Oktober 2019

PhD Mom dan mental health

Pagi ini, menyimak curhatan teman-teman di grup Doktoral.
Subhanallah... titik air mata. Campur-aduk segala rasa. Dan bingung mau komentar apa.
Kilasan peristiwa seperti diputar ulang ke sepuluh tahun lalu.

Ketika dalam kodisi hamil tua dan mabok parah harus berangkat ke luar kota.
Ketika harus merelakan si Cantik dibawa pulang dan diasuh oleh Budenya.
Ketika dalam sendiri harus bolak-balik ke dokter dengan vonis bayi tak berkembang
Lanjut direkomendasinya harus dibuang.

Ketika di suatu petang suami mengabarkan bahwa dirinya dilamar buat anak gadis orang
Ketika terpaksa memelas meminta suami menemani prosesi kelahiran
Ketika si baby harus dipaksa lahir karena kondisi darurat

Ketika sepulang kuliah harus ngruwati rumah, bayi, batita dan bapaknya
Ketika semua tugas kuliah terpaksa dihandle dengan menggendong dan meng-ASI-in bayi Irsyad
Ketika menangis saat menerima diagnosis hamil anak ketiga
Ketika berbulan-bulan pembimbing thesis tak bisa dijumpa

Ketika terpaksa harus memboyong suami dan 3 bocah ke kampus Gadjah Mada
Ketika harus menembus keramaian Beringharjo demi lembar-lembar rupiah
Ketika terpaksa berjibaku dan serabutan jualan batik, handycraft, herbal, buku bahkan bebek potong
Ketika terpaksa menggadaikan ijazah untuk membeli tiket kembali ke kampung halaman

Ketika harus memulai kembali kehidupan dari nol, dengan kata terpaksa.

Bersyukur, bisa melampaui semua itu.
Namun dalam hati, kutanamkan dalam-dalam
Biarlah ia Indah dikenangan, namun tak akan kuulang.
Cita-cita dan tantangan Bapak, ku kubur dalam-dalam.

Lantas, 4 tahun setelahnya...
Tantangan itu kembali lagi
Bahkan aku sudah depresi sebelum memulainya.

Namun, sepertinya Allah bukakan banyak jalan
Dari tangan-tangan orang berhati malaikat, yang bahkan tak ku kenal
Lolos seleksi administrasi, aku sujud syukur
Suami yang tak bisa menemani, karena harus menjaga 4 bocah meminta adikku mengantar ke Jakarta untuk seleksi wawancara.
Gak tanggung-tanggung.
Aku dari Batam, dia dari Palembang. Kami janjian ketemu di Soetta.
Prosesi wawancara dan rangkaiannya lancar. Kami kembali ke kota masing-masing.

Setiap hari, dihantui perasaan ketakutan, akan seperti apa jadinya jika berpisah dengan anak-anak, yang sebagiannya masih balita itu.
Lalu menelan mentah-mentah sebuah ucapan: 'Kamu macam yang kege-eran bakal lolos seleksi saja.'
Lalu menertawakan diri sendiri...
Berulang, lagi, dan lagi.

Sepertinya hal yang mustahil bakal bisa sekolah ke Saudi.
Tapi berharap, boleh saja kan?
Berpuluh hari dalam penantian.

Lalu menangis sesenggukan ketika kabar kelulusan itu datang.
Allahu Akbar
Bukan tak bersyukur, tapi lebih kepada ketakutan menatap hari-hari selanjutnya.
Mulailah pertengkaran-pertengkaran kecil datang
Hingga suatu ketika suami sakit
Anak-anak kompak sakit
Ditutup dengan diri sendiri yang akhirnya tumbang. Laa haula wa la quwwata illa billah.

Lalu surat panggilan untuk registrasi tiba.
Apa daya, energiku sudah terkuras.
Ingin mundur, selalu dibayangi kata: Kamu tak bersyukur!

Lalu memulai hari-hari sepi di mahallah
Jauh dari gelak ceria tawa dan riuh tangis bocah
Satu semester yang mendera habis kerinduan.
Ntah seperti apa hidupku saat itu.

Seperti anak ayam kehilangan induk
Seperti itu pula aku, saat dikabari bahwa Supervisorku tak diperpanjang kontraknya.
Ntah, bahkan tak ada penjelasan darinya.
Bahkan kontaknya pun bertukar semua.

Kembali ke titik nol
Aku bisa apa?
Menggugat Allah?
Dia sudah begitu baik memilihkanku jalan terbaik.

Hanya doa-doa dan cerita pada bapak, yang senantiasa mengalir.
Mengikis beban hati yang masih belum juga bisa sepenuhnya menerima takdir.

Lalu, lelaki pertamaku itu pun dipanggil-Nya.
Dan aku jauh.
Berpacu dengan waktu.
Tertatih memaksakan diri pulang menemui jasadnya.
Ya Allah... Makin hampa rasanya.

Alhamdulillah, Allah menyadarkan kembali.
Ini dunia, Mi. Hanya dunia! Sosok di sebelahku bicara.
Tak patut menangis karena dunia.
Semua sudah tertulis jauuuhhh...sebelumnya.

Ah, bicara memang mudah.
Syukur alhamdulillah, akhirnya dia berubah
Menjadi sosok yang lebih arif dan supportif
Menguatkan di kala lemah.
Siap menjadi tempat curhatan semua rasa
Melangitkan doa-doa

Di satu sisi aku merasa beruntung
Sebagian teman, diuji pada suami yang acuh
Sebagian teman diuji pada keluarga yang tak mendukung
Sebagian teman diuji dengan finansial
Semua... Sesuai porsinya, kan?

Aku bersyukur...
Tidak seperti teman yang sering berbicara sendiri pada dinding-dinding kamar
Tidak seperti teman yang harus menanggung hutang berpuluh juta
Tidak seperti teman yang terpaksa harus berpisah dengan suaminya.
Walau di awal, status 'under depression' itu menyakitkan
Bahkan memalukan.

Allahu...
Karena-Mu saja, akhirnya kami bisa melalui semua takdir ini
Perjuangan ini
Perjalanan ini
Sarat beban, namun juga sarat hikmah
'Ala kullihaal, Alhamdulillah.

Tambahkan selalu kekuatan, kesabaran dan petunjuk
Mudahkan kami semua dalam menempuh satu sesi dari perjalanan panjang hidup kami
Hanya kepada-Mu kami berharap.
Rabbana adkhilna mudkhola sidqiw wa'akhrijna mukhroja sidqiw waj'alna minladunka shulthonan nashiiro.. Aamiin


Untuk cintaku,
Terima kasih sudah menemani semua langkah-langkah ini
Terima kasih, untuk semua lelah, cinta dan doa.
Masih panjang perjalanan kita
Berharap tetap bersamamu sampai ke surga-Nya. Aamiin.

"Mereka yang berdiri setelah dihantam badai tidak akan terusik oleh gerimis"
Insya Allah, kita bisa melalui semua ini.



Pojok kamar, 25102019



Jumat, 08 Februari 2019

Ibroh Kembara Musa: Nasihat bagi Para Pencari Ilmu (bagian 3)

Bagian sebelumnya dapat dibaca pada tautan berikut:
https://goresancintabunda.blogspot.com/2019/02/ibroh-kembara-musa-nasihat-bagi-para.html

*****
Kisah pengembaraan Musa dalam surat al Kahfi diceritakan pada ayat 60-82. dalam surat Al Kahfi, hanya ada satu tokoh yang diberi nama, yaitu Musa.
Dalam ayat 60 disampaikan:
Dan ingatlah, ketika Musa berkata kepada (fataahu) pelayan/partnernya: "Aku tidak akanberhenti (berjalan) sebelum sampai ke tempat pertemuan dua laut, atau aku akan berjalan (terus) sampai bertahun-tahun
Disini dikisahkan bahwa Musa bertujuan mencari tempat pertemuan dua laut, dimana dalam perjalanan itu, dia ingin menemukan seorang yang dikatakan Allah mempunyai ilmu yang tidak dimiliki oleh Musa, selaku orang yang paling berilmu dalam kaumnya pada masa itu.
Ayat ini bermakna untuk FOKUS kepada tujuan.
Orang yang berniat mencari ilmu, hendaknya mempunyai tujuan yang jelas dan dia harus fokus untuk mencapai tujuan tersebut. (POINT 1)
Ayat 61 menyebutkan:
Maka ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut itu, mereka lupa ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.
Ayat 62:
Maka ketika mereka telah melewati tempat itu, Musa berkata kepada pembantunya, "Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan ini.
Kedua ayat ini mengisahkan, bahwa dalam mencari ilmu seseorang harus menempuh jalan yang MELELAHKAN. Dan itu sudah sunatullah (POINT 2)
Ayat 63:
Dan pembantunya menjawab, "Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali setan, dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.
Ayat 64:
Dia (Musa) berkata, "Itulah tempat yang kita cari." lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
Kedua ayat ini mernyiratkan, bahwa kadang seorang pencari ilmu, terlupakan tentang keadaannya, terlupakan tentang tujuannya akibat usahanya tadi. Namun, ketika dia tersadarkan bahwa jalan yang ditempuhnya sudah terlampaui, atau menyimpang maka seharusnya dia MENGOREKSI LANGKAHNYA. Jika hal itu salah, ulangilah kembali dengan 'cara" yang benar untuk kembali ke TUJUAN AWALnya. (POINT 3)
Ayat 65:
Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba Kami, yang telah diberikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.
*****
Dalam Shahih Al Bukhari disampaikan Ubay bin Ka'ab meriwayatkan dari Rasulullah salallahu 'alaihi wasallam, dia berkata:
Pada suatu hari, Musa, seorang Nabi, memberi khutbah kepada Bani Israel, lalu dia ditanya, "Siapakah orang yang paling berilmu?"
Lalu Musa menjawab, "Akulah yang paling berilmu dibandingkan siapapun."
Lalu Allah mengingatkan kekhilafannya, karena Musa tidak menisbatkan bahwa yang paling berilmu adalah Allah.
Lalu Allah mewahyukan kepadanya: "Ada seorang hamba dari kalangan hamba-hamba-Ku di satu lokasi dimana bertemunya dua lautan. Dia lebih berilmu dibanding engkau."
Musa berkata:"Wahai Tuhanku, bagaimana aku hendak bertemu dengannya?"
Lalu dikatakan kepadanya:"Bawalah ikan di dalam sebuah bekas (wadah), apabila nanti engkau kehilangan ikan itu, maka engkau (akan) temui dia di situ.
Lalu Musa pun berangkat dan berangkat bersamanya Yusa' bin Nun dalam waktu yang sama dengan membawa ikan dalam sebuah wadah.
*****
Btw, ayat ini mengindikasikan bahwa Allah memberikan ilmu kepada sesiapapun yang dikehendakinya, tanpa memandang kedudukannya. Musa, saat itu berkedudukan sebagai seorang NABI dan ROSUL, sedangkan orang yang akan dicarinya kedudukannya disebutkan sebagai HAMBA ALLAH.
Maknanya, ada banyak orang yang diberi keilmuan yang tinggi dalam satu bidang, namun dia tidak berpengetahuan dalam bidang yang lain. Tidak juga menutup kemungkinan bahwa orang itu derajatnya lebih rendah dari kita (secara sosial, secara usia, dsb). Maka dalam menuntut ilmu, hendaklah BERTANYA KEPADA AHLINYA (POINT 4), dan JANGANLAH SOMBONG (POINT 5) dengan ilmu yang kita miliki.
Allahu a'lam bisshowab.
5 Ayat dulu yaaa frens, insya Allah lanjut besok.
Semoga bermanfaat .
Baarokallahu fiik

Ibroh Kembara Musa: Nasihat bagi Para Penuntut Ilmu (Bagian 2)

Saya telah berusaha untuk on time. Namun ternyata langkah saya masih kurang cepat. Sampai di Masjid, kajian sudah dibuka. Namun peserta masih belum banyak lagi.
Saya mengambil tempat yang masih lapang di barisan sisters (akhwat). Mengeluarkan buku dan pena, bersiap menyimak.
Ups, saya terlupa membawa al Quran.
Alhamdulillah, paket data masih on, jadi bisa ngintip Quran.com dan mengunduh materi versi pdf yang di share di grup.
Sesi kajian, akan berlangsung hingga jam 1 siang, di bagi dalam 4 sesi.
Sesi pertama, adalah INTRO.
Al Quran adalah salah satu tanda/ ayat-ayat Allah, yang didalamnya mengandung sejumlah hudaa linnaas, petunjuk bagi manusia (Al Baqarah ayat 185) dan hudalil muttaqiin (Al Baqarah ayat 1). Di dalamnya berisi penjelasan tentang aqidah, shari'ah dan kissah-kissah umat terdahulu.
Bentuk penceritaan kissah yang terbaik, adalah kisah-kisah yang disampaikan secara langsung oleh Allah dalam Al Quran, dimana hanya ada satu versi saja kissah yang terjadi yang disampaikan oleh pemilik atau pembuat cerita, yaitu Allah.
Di dalam Al Quran, Allah tidak menceritakan hal-hal melainkan hanya yang penting-penting saja dan bermanfaat.
Contohnya, dalam surat Yusuf, dimana dikatakan sebagai "ahsanal qoshosh", cerita terbaik, dimana disana dikisahkan secara utuh, lengkap tentang perjalanan hidup Nabi Yusuf 'alaihissalaam sejak kecil, hingga beliau sukses menjadi pemimpin di negeri Mesir.
Dalam kisah ini tidak disebutkan nama dari semua tokoh yang terlibat, namun hanya dijumpai 3 nama saja yaitu: Yusuf, Ya'qub dan Bunyamin.
Sementara wanita yang menggoda Yusuf (yang dalam beberapa riwayat dikenal sebagai Zulaikha, hanya disebutkan sebagai imro'atul Aziz), raja disebutkan sebagai raja. saudara-saudara Yusuf, perempuan-perempuan yang mengupas mangga, teman Yusuf di penjara, tidaklah didetilkan.
(Bisa jadi diibaratkan mereka sebagai figuran saja..
Hal ini juga, mengingatkan saya pada pertanyaan si Kakak Aya, menjelang saya berangkat ke Gombak: Mengapa ayah nabi Musa tidak pernah disebutkan dalam Al Quran.
Ok, I got the answer, Alhamdulillah).
Adapun tentang Siti Zulaikha, mungkin disitir dari kisah-kisah Israiliyat (versi bani Israil), yang kebenarannya hanya Allah yang tahu. Namun, beberapa nama yang menjelaskan tokoh, bisa juga ditemukan dalam hadits-hadits dari Nabi Muhammad saw.
Lanjut yaa...
Ini tadi tentang kisah pengembaraan Musa yang dimuat dalam surat Al Kahfi, surat no. 18 dalam Al Quran, setelah Al Isro' dan sebelum Maryam. Berjumlah 110 ayat.
Dalam surat Al Kahfi sendiri, terdapat 4 kisah yang diceritakan:
1. Kisah Ashabul Kahfi (penghuni gua)
2. Kisah Shohibul Jannatain (pemilik dua kebun)
3. Kisah pengembaraan nabi Musa
4. Kisah Dzulkarnain.
Masing-masing kisah menekankan pada tema yang spesifik.
Kisah ashabul kahfi mengajarkan tentang keimanan, bagaimana mempertahankan aqidah di bawah penguasa yang dzalim.
Kisah shobul jannatain mengajarkan bagaimana menyikapi ujian berupa harta/kekayaan. Kisah Musa mengajarkan bagaimana tentang perjuangan dan adab mencari ilmu. dan kisah Dzulkarnain bertemakan tentang kekuasaan.
Surat Al kahfi sendiri diturunkan pada tahun ke-5 kenabian dengan asbab nuzul yaitu tentang seorang yang ditanyakan 3 persoalan:
-tentang sekumpulan anak muda yang mengasingkan diri
-tentang seorang yang pergi mengembara ke barat dan ke Timur
-tentang ruh
Tentang ruh ini, Allah menurunkan jawabannya dalam surat Al isra' ayat 85:
Wayas'aluunaka 'anirruuh. Kulli ruuhu min amri Robbii. Wamaa uutiitum minal 'ilmi illa qoliilaa..
Dan mereka bertanya tentang ruh. katakanlah: "Ruh itu urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi ilmu, melainkan sedikit sekali."
Allahu a'lam bisshowaab

Sabtu, 26 Januari 2019

Mas Sholih dan Kisah Umar bin Khattab


Bebek Ungkep,  rasanya manteb
Pada zaman dahulu, di sebuah  desa di pelosok Bantul.
Tersebutlah seorang anak lelaki berumur 9 tahun. Yang katanya mau jadi anak sholih. Yang katanya mau meneladani Rasulullah saw dan sahabat-sahabatnya.

Suatu hari, Emaknya baru pulang mudik. Selain membawa oleh -oleh berupa buah-buahan, juga membawa beberapa bungkus bebek ungkep Betra produksi pabriknya Pak Guru Apik.
Malam itu, emaknya memanggil anaknya untuk segera ke tempat hidangan, buat makan bersama. Anaknya menolak, dengan alasan sebagaimana disampaikan di kisah Umar. Umar bin Khattab ya, bukan Umar bin Agus, hehe...
Tau kan?
Maksud emak, tau kan kenapa Umar bin Khattab tidak mau makan bersama-sama dengan ibunya?
Ya, betul.,..
"Karena aku tidak mau tanganku mengambil makanan lebih dulu dari ibuku. Sementara ibuku lebih dulu melihat makanan itu, dan menginginkannya."
Maasya Allah...
Emaknya terharu.
Namun tak kurang akal, dibujuknyalah si Anak Sholih tersebut.
"Kan, kita bisa potongan... Kita bagi, supaya Mas dapet dan Ummi juga dapet bagian."
Anaknya keukeuh menggeleng. Hingga suara adzan Isya terlantun dari salah satu masjid.
Anaknya bergegas bangun.
"Mas mau ke masjid dulu. Mau adzan." Demikian dia mengelak.
"Nak, kalau hidangan sudah tersedia, kita boleh menunda ke masjid kok. Lebih afdhol makan dulu. Supaya nanti pas sholat bisa lebih khusyuk, gak terbayang-bayang dengan makanan yang dihidangkan." Ibunya berusaha menahan.
Namun, anaknya tetap berlalu ke masjid.
Tak lama, sang Emak mendengar suara adzan mengalun. Suara khas putranya.
Dia menyimaknya dengan takzim.
Namun, setelah lantunan 'Hayya 'ala..' suara adzan berhenti sejenak. Kentara, muadzinnya bingung.
Emaknya menghela napas...
Kemudian terdengar 'sholaah...'
Emak tersenyum tipis.
Akhirnya berlalu ke tempat wudhu.
Meninggalkan sejenak hidangan yang sudah tersaji. Mengikuti jejak putranya yang lebih dulu menunaikan panggilan sholat.
Usai sholat berjama'ah, mereka kembali menghampiri hidangan tersaji. Paket terakhir bebek ungkep yang sudah digoreng si Emak akhirnya berpindah ke piring-piring semua anggota.
Si Muadzin yang terakhir mengambil bagiannya.

Ketika hendak mengambil nasi, Emaknya buka suara, "Mas, tadi lupa ya?" Sambil mengulas senyum supaya anaknya tidak merasa sebagai tersalah. "Kan tadi sudah Ummi bilang, kata Rasulullah, boleh kok, menunda berangkat ke masjid kalau hidangan telah disajikan. Hanya saja gak boleh sering-sering terlambat ke masjidnya. Ini pengingat juga buat Ummi, biar menghidang makan malamnya gak mepet-mepet waktu Isya. Supaya bisa makan dengan tenang dan gak harus buru-buru ke masjid."
Si Sholih hanya tersenyum kecil. Lalu segera menyuap makanan ke mulutnya.
"Enak, Mi bebek gorengnya. Apalagi pakai sambel."
"Alhamdulillaaah.."
"Masih ada lagi gak, Mi?"
Lhooo.... Ketagihan yaa?

Gombak,260119

Selasa, 01 Januari 2019

Rihlah Akhir Tahun

Akhir tahun, full kegiatan nge-trip.
Duo Mas Sholih, sudah diagendakan outbond dari sekolah.
Abi ada trip ke Malaysia-Thailand bareng kampusnya.
Sementara Ummi, harus nge-trip ke Gombak lagi sehubungan dengan urusan administrasi kampus.

Tinggallah si Kakak Cantik dan adek ganteng yang masih kosong jadwal.
Jadi berkeinginan juga ngajak mereka nge-trip alias rihlah tipis-tipis seputaran Bantul saja. Tak lain tujuannya untuk merekatkan hati, secara emaknya sering pergi-pergi.


Quality time for quality bonding
Nah, Ummi penasaran banget, pengen lihat hutan wisata Mangunan.
Sepertinya spot wisata ini menarik untuk dikunjungi.
Tadinya mau ngajak kakak juga.
Tapi, dia sudah terlanjur berangkat ke sekolah, bareng si Duo sholih yang berangkat outbond, juga dari sekolah.
Maka dimulailah perjalanan kami bertiga.
Ternyata, Gmaps tidak selalu menuntun ke jalan yang benar.
Beberapa kali, kami harus turun kendaraan dan bertanya pada penduduk setempat.

View menuju Bantul
Namun, view sepanjang perjalanan cukup menyejukkan mata.
Cukup lamaaa dan jauh perjalanan, akhirnya kami tiba di...
Puncak Becici, hehe...
View menuju Becici

Hutan pinusnya Becici
Karena capek dan cuaca bergerimis, sudahlah, berhenti di sana saja.
Namun, suasana di sana di luar ekspektasi kita. Karena banyak pengunjung yang justru tidak mengenal etika lingkungan.
Kita pengen nyari udara segar... Eh, pengunjung merokok bebas saja di mana-mana, hiks.

Hanya sebentar di Becici. Lalu turun dan memutar mengambil jalan pulang lewat jalur yang berbeda.
Eh, ketemu spot lain yang cukup cantik, Pegunungan Mungker.
Akhirnya memutuskan mampir, dan agak lama ngadem di sini, karena memang viewnya lebih memanjakan mata. Plus cukup banyak spot yang instagramable, hehe..
Kalaulah tak ingat si Kakak, mau lebih lama lagi di situ.

Eksyen di salah satu spot Gunung Mungker

Di depan kebun herbal Fakultas Farmasi UGM

Rihlah akhir tahun full sekeluarga, adalah perjalanan ke kampus UGM. Melongok lab tempat Ummi kerja. Dilanjut singgah ke LPPT  UGM untuk mengantar sampel uji dan melongok koleksi kebun herbal di Fakultas Farmasi seusai sholat asar.
Hari terakhir di Jogja, akhirnya mengajak anak-anak ke Klaten, mengintip Prambanan, Candi Sewon dan Candi Gana. Lalu lanjut maen air di kawasan Kalasan.
Lumayan, menghibur anak-anak, sekaligus mengeratkan bonding sebelum Umminya nge-trip selama 2 minggu lebih ke Gombak.

Merasakan, betapa penuh perjuangan untuk menjaga keterikatan hati dengan mereka. Mengukir momen-momen manis dalam jiwa kanak mereka, supaya bisa kelak dikenang ketika beranjak dewasa.
Mungkin tak tunai sepertimana seharusnya.
Tetapi semoga kelak diberikan kesempatan di hari-hari mendatang.
Berkumpul, berbagi cerita, ceria dan cinta. Aamiin

2018 in Review

Tahun 2018 adalah tahun yang cukup signifikan dalam petualangan intelektual saya.
Tidak banyak kunjungan dibuat dalam tahun ini. Namun, step-step dalam studi lumayan signifikan meningkat.
Seminar proposal dan revisi tuntas, kerja lab sudah bisa dimulai (walaupun harus indent chemical sampai 4 bulan) dan bisa publish satu artikel pada skala international bareng Pak Suheryanto.
Semoga 2019 bisa menulis dan publish lebih banyak.

Aktivitas, lebih banyak di seputaran Jogja. Sesekali ke Gombak untuk diskusi, buat laporan dan urusan administrasi lainnya.
Sempat singgah Juga ke Semarang, Rembang, Solo untuk kunjungan keluarga dan nganterin teman. Alhamdulillah, azzam untuk bertemu dengan Mak tercapai di akhir tahun. Akhirnya menjejak juga di kota kelahiran, Palembang, walaupun tanpa perencanaan matang sebelumnya.

Memanglah tak mudah menjalani kondisi ini. Status sebagai ibu pembelajar yang juga masih menyambi beberapa tugas dari kampus sebagai pengelola jurnal, seringkali membuat fokus terpecah.
Apalagi beberapa kerja sebagai redaksi seringkali loading menjelang nge-trip.

Penampakan GeNose

Alhamdulillah, dalam hal pelaksanaan penelitian progress cukup signifikan.
Ketika akhirnya melihat senyum lebar Pak Pembimbing Riset setelah melihat hasil analisis data, rasa syukur tak terkira. Akhirnya pencarian ini menemukan muaranya, walaupun masih jauh lagi perjalanannya. Baru 20% euy.
Hari-hari melototi skala termometer, hotplate  dan GeNose,  sepertinya masih akan berlanjut. Bahkan masih harus berjibaku pula dengan instrumen lainnya seperti UV-Visible spektro, HPLC-MS, bahkan SPME-GC-MS yang entah dimana bisa kutemukan.
Tetapi, optimis sajalah.
Semoga, metode autentikasi yang masih dalam tahap investigasi lanjut, bisa segera dibakukan. Aamiin.



Alhamdulillah juga, suami dan anak-anak sangat kooperatif dan pengertian. Walaupun dalam hati terkadang diliputi rasa bersalah, karena tak purna menjalankan peran sebagai ibu mereka. Namun, capaian anak-anak sangat membanggakan. Semoga bisa istiqomah dan makin baik di hari-hari selanjutnya.


Bersama Emak, guru terbaikku dan my lovely sister
Hadiah akhir tahun terindah, adalah keluarnya izin untuk berziarah kepada Mak di Talang Balai.
Lama tak pulang. Rindu menggunung sudah.
Mencium tangan keriputnya, dan menjumpainya dengan senyum menyambutku, sudah cukup melunturkan semua rasa. Walau beliau tak mengenali lagi jati diriku, tak mengapa.
Memanglah, Allah selalu punya skenario manis untuk hamba-hambaNya.
Semoga makin tebal kesyukuran dan kesabaran dalam meniti hari-hari penuh perjuangan di tahun 2019.

Temu kangen with MIKI '95 personels

Ah ya, sempat bertemu beberapa dosen dan teman-teman mipa kimia Unsri, juga adalah hadiah manis. Tak terasa 18 tahun sudah berlalu saja. Tersadarkan diri semakin tua, hehe..
Berharap, kedepannya, silaturrahim tetap terjaga.


Besok, insya Allah akan kembali ke Jogja. Kembali ke pangkuan keluarga. 2 kali ganti tahun, tak bisa ngumpul bersama. Semoga tahun depan bisa...
Semoga di 2019 tercurah keberkahan dan kebaikan untuk kita semua. Bismillah..