Jumat, 08 Desember 2017

Isu dan Fakta tentang Gelatin (4)

Bagian ini merupakan seri terakhir dari pembahasan tentang gelatin.
Di sini kita akan mengulas tentang metode dan alat deteksi gelatin.
Bagian sebelumnya tentang gelatin dapat dibaca di sinidi sini dan di sini.

Sebagaimana telah ditegaskan sebelumnya, setiap produk yang mengandung turunan babi tidak diizinkan untuk dikonsumsi oleh umat Islam. Oleh karena itu, keberadaan instrumen untuk mendeteksi gelatin babi mutlak diperlukan, sehingga dapat digunakan untuk menentukan status kehalalan suatu produk. Saat ini, pengembangan metode untuk deteksi dan karakterisasi gelatin babi telah dan masih terus dilakukan.

Beberapa teknik/metode yang telah digunakan untuk mendeteksi gelatin babi adalah sebagai berikut:
1. Metode Spektroskopi
Metode spektroskopi yang digunakan untuk deteksi gelatin meliputi spektroskopi massa (MS) dan spektroskopi infra merah (FTIR, ATIR). Penggunaan FTIR untuk deteksi dan karakterisasi gelatin telah dilaporkan oleh beberapa peneliti (Cebi, Durak, Toker, Sagdic, & Arici, 2016; Kusumastuti et al., 2014; Hermanto, Sumarlin, & Fatimah, 2013). FTIR spectroscopy adalah teknik yang digunakan untuk menentukan fitur kualitatif dan kuantitatif dari molekul infrared aktif dari sampel padatan organik maupun inorganik, cairan atau gas. FTIR spectroscopy dapat digunakan untuk menganalisis berbagai bahan pangan seperti lemak hewani, coklat, kue serta biskuit untuk mendeteksi adanya bahan tidak halal berupa lemak babi (Muniroh, L, 2014). Grundy et al. (2016) menggunakan spektroskopi massa untuk autentikasi komersial gelatin sedangkan Zhang et al. (2009) menggunakan HPLC yang dikombinasikan dengan spektrometri massa untuk membedakan gelatin sapi dengan babi.

2. Metode berbasis protein
Metode berbasis protein meliputi elektroforesis dan ELISA.
Teknik elektroforesis untuk deteksi gelatin babi telah dilaporkan oleh Hermanto et al. (2013). Elektroforesis merupakan teknik pemisahan kimia yang didasarkan pada perbedaan muatan listrik dari senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Teknik ini umum digunakan untuk pemisahan asam-asam amino.
Azira et al. (2016) menggunakan teknik enzyme linked immune-sorbent assay (ELISA) untuk deteksi gelatin pada sampel sarang burung wallet. Teknik ini didasarkan pada reaksi antara antigen dan antibody dalam teknik ELISA yang dapat membantu menemukan bahan spesifik dari suatu protein babi. Teknik ELISA menggunakan antibody untuk mengisolasi komponen target yang dikombinasikan dengan radiokativitas atau perubahan warna berdasarkan enzim untuk menentukan jumlah senyawa dalam sampel.

3. Metode berbasis DNA
Metode PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan metode yang didasarkan pada deteksi molekul DNA. PCR dapat digunakan dalam produk mentah dan dimasak dan tidak terrpengaruh oleh proses pemanasan karena DNA tetap utuh dan stabil dengan pemanasan. Menurut Sepminarti, Wardani, & Rohman (2016), PCR merupakan suatu teknik yang ideal untuk deteksi turunan babi ditinjau dari sisi sensitifitas dan spesifisitasnya. Metode PCR untuk deteksi gelatin babi telah dilaporkan oleh Demirhan et al. (2012), Ali, Razzak, Bee, & Hamid (2014), Shabani et al. (2015) dan Sepminarti (2016). Teknik PCR merupakan teknik yang popular karena dapat mendeteksi DNA sapi dan babi dalam campuran gelatin, gelatin dalam produk pangan dan dalam cangkang kapsul (Shabani et al., 2015).

Berikut ini fitur beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mendeteksi gelatin.
Instrumen GC-MS

Instrumen FT-IR Spectroscopy


Namun metode-metode tersebut memerlukan instrumen yang canggih, tenaga dengan keahlian khusus, biaya yang relatif mahal dan harus dilakukan di laboratorium. Oleh karena itu, instrumen deteksi halal yang cepat namun akurat, murah, portable dan dapat dilakukan oleh siapa saja tetap perlu untuk dikembangkan.




Referensi


[1]   Ali, E., Razzak, A., Bee, S., & Hamid, A. (2014). Multiplex PCR in Species Authentication : Probability and Prospects — A Review, 1933–1949. https://doi.org/10.1007/s12161-014-9844-4
[2]   Cebi, N., Durak, M. Z., Toker, O. S., Sagdic, O., & Arici, M. (2016). An Evaluation of Fourier Transforms Infrared Spectroscopy Method for the Classification and Discrimination of Bovine, Porcine and Fish Gelatins. Food Chemistry, 190, 1109–1115. https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2015.06.065
[3]  Grundy, H. H., Reece, P., Buckley, M., Solazzo, C. M., Dowle, A. A., Ashford, D., … Collins, M. J. (2016). A mass spectrometry method for the determination of the species of origin of gelatine in foods and pharmaceutical products. Food Chemistry, 190, 276–284.
[4]   Hermanto, S., Sumarlin, L. O., & Fatimah, W. (2013). Differentiation of bovine and porcine gelatin based on spectroscopic and electrophoretic analysis. Journal of Food and Pharmaceutical Sciences, 1(3), 68–73.
[5]   Kusumaningsih, T., Suryanti, A., & Rahmat, B. (2014). Karakterisasi gelatin tulang sapi dan tulang babi. Prosiding Seminar Nasional Nutrisi, Keamanan Pangan dan Produk Halal. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
[6]   Muniroh, L. (2014). Kajian Pengembangan alat portable deteksi sederhana keamanan pangan dan kehalalan produk makanan. Prosiding Seminar Nasional Nutrisi, Keamanan Pangan dan Produk Halal. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
[7]   Sarbon, N. M., Badii, F., & Howell, N. K. (2013). Food Hydrocolloids Preparation and characterisation of chicken skin gelatin as an alternative to mammalian gelatin. Food Hydrocolloids, 30(1), 143–151. https://doi.org/10.1016/j.foodhyd.2012.05.009
[8]    Sepminarti, T., Wardani, H. S., & Rohman, A. (2016). Real-Time Polymerase Chain Reaction for Halal Authentication of Gelatin in Soft Candy. Asian Journal of Biochemistry, 11(1), 34–43. https://doi.org/10.3923/ajb.2016.34.43
[9]    Shabani, H., Mehdizadeh, M., Mousavi, S. M., Dezfouli, E. A., Solgi, T., Khodaverdi, M., … Alebouyeh, M. (2015). Halal authenticity of gelatin using species-specific PCR. Food Chemistry, 184, 203–206. https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2015.02.140
[10]  Zhang, G., Liu, T., Wang, Q., Chen, L., Lei, J., Luo, J., … Su, Z. (2009). Mass spectrometric detection of marker peptides in tryptic digests of gelatin: A new method to differentiate between bovine and porcine gelatin. Food Hydrocolloids, 23(7), 2001–2007. https://doi.org/10.1016/j.foodhyd.2009.03.010 

Kamis, 07 Desember 2017

Isu dan Fakta tentang Gelatin (3)

Tulisan ini bagian dari paper saya yang diikutkan di lomba paper pada acara CFP Adiwidya 5 Kamil Pasca ITB Oktober lalu. Ceritanya serunya bisa dibaca di sini.
Jadi tulisan kali ini bahasanya agak sedikit ilmiah, dan menyertakan referensi dari beberapa jurnal yang disitasi.
Sebelumnya, paparan tentang gelatin bisa dibaca di sini dan di sini.

Gelatin merupakan suatu hidrokoloid penting yang banyak digunakan dalam industri pangan, farmasetik dan kosmetik.  Sifat unik dari gelatin terutama karena kemampuannya untuk membentuk gel yang termo-reversibel, dapat meleleh pada temperatur yang sangat dekat dengan temperatur tubuh, dan larut dalam air (Sarbon, Badii, & Howell, 2013). Penggunaan gelatin pada makanan, fotografi, kosmetik dan produk farmasi sebagian besar didasarkan pada sifat pembentuk gelnya. Namun, saat ini, gelatin telah digunakan juga  sebagai pengemulsi, bahan pembusa, stabilisator koloid, bahan pembentuk film biodegradable, agen pengkapsul mikro, dan juga sumber peptida bioaktif (Go'mez, 2011).


Kualitas gelatin tergantung pada sifat fisiko-kimianya.  Sifat kimia gelatin dipengaruhi oleh komposisi asam amino, yang serupa dengan kolagen induk, sehingga dipengaruhi oleh spesies hewan dan tipe jaringan (Karim & Bhat, 2009) serta metode pemrosesannya (Sarbon et al., 2013)

Gelatin dihasilkan dari hidrolisis parsial kolagen, suatu jenis protein yang banyak dijumpai pada jaringan ikat mamalia. Menurut Tronci (2010), kolagen merupakan protein yang paling besar kelimpahannya pada matriks ekstra seluler, yang dijumpai pada tendon, ligamen dan jaringan penghubung pada kulit, pembuluh darah dan paru-paru. Proses hidrolisis gelatin dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu hidrolisis asam dan hidrolisis basa yang menghasilkan gelatin tipe A atau dengan hidrolisis basa yang menghasilkan gelatin tipe B. Proses asam lebih menguntungkan karena waktu perendaman yang lebih singkat dan biaya lebih murah (Kusumaningsih et al., 2014).

Komposisi dan urutan asam amino dalam gelatin berbeda dari suatu sumber ke sumber lainnya, tetapi selalu terdiri dari sejumlah besar glisin, prolin dan hidroksiprolin. Pola ini diulang dengan urutan khas, Gly-X-Y dimana glisin adalah asam amino paling banyak kelimpahannya dalam gelatin; X dan Y sebagian besar adalah prolin dan hidroksiprolin (Hafidz & Yaakob, 2011). Tabel di bawah ini menunjukkan komposisi asam amino dalam gelatin.

Asam amino
Gelatin sapi*
Gelatin babi*
Gelatin ikan**
Alanin
33
80
12.10
Valin
10
26
2.50
leusin
12
29
2.30
Isoleusin
7
12
1.24
Phenylalanin
10
27
1.82
Menthionin
4
10
1.82
Prolin
63
151
14.32
Glisin
108
239
26.44
Serin
15
35
3.59
Threonin
10
26
3.57
Tyrosin
2
7
0.40
Asam aspartiat
17
41
6.29
Asam Glutamat
34
83
11.14
Lysin
11
27
2.51
Arginin
47
111
9.84
Histidin
-
-
0.11

Sumber: *Hafidz & Yaakob, 2011; **Monsur, Jaswir, Salleh, & Alkahtani, 2014


Keberadaan instrumen laboratorium untuk mendeteksi gelatin babi mutlak diperlukan, sehingga dapat digunakan untuk menentukan status kehalalan suatu produk. Pengembangan metode untuk deteksi dan karakterisasi gelatin babi telah dan masih terus dilakukan. Beberapa metode deteksi dan autentikasi gelatin yang telah digunakan adalah Spektroskopi (ATIR, FTIR), kromatografi (GC-MS, LC-MS, HPLC), elektroforesis, metode berbasis DNA (PCR) dan metode berbasis enzim (Enzyme linked immuno-sorbent assay, ELISA). Namun metode-metode tersebut memerlukan instrumen yang canggih, tenaga dengan keahlian khusus, biaya yang relatif mahal dan harus dilakukan di laboratorium. Apa dan bagaimana metode tersebut bekerja bisa dibaca di sini.

Referensi 
Hafidz, R., & Yaakob, C. (2011). Chemical and functional properties of bovine and porcine skin gelatin. International Food Research Journal, 817, 813–817. Retrieved from http://ifrj.upm.edu.my/18 (02) 2011/(48) IFRJ-2010-159.pdf
Monsur, H. A., Jaswir, I., Salleh, H. M., & Alkahtani, H. A. (2014). Effect of pretreatment on properties of gelatin from Perch (Lates nicotilus) skin. International Journal of Food Properties, 17, 1224–1236.
Karim, A. A., & Bhat, R. (2009). Fish gelatin: properties, challenges, and prospects as an alternative to mammalian gelatins. Food Hydrocolloids, 23(3), 563–576. https://doi.org/10.1016/j.foodhyd.2008.07.002
Kusumaningsih, T., Suryanti, A., & Rahmat, B. (2014). Karakterisasi gelatin tulang sapi dan tulang babi. Prosiding Seminar Nasional Nutrisi, Keamanan Pangan dan Produk Halal. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Sarbon, N. M., Badii, F., & Howell, N. K. (2013). Food Hydrocolloids Preparation and characterisation of chicken skin gelatin as an alternative to mammalian gelatin. Food Hydrocolloids, 30(1), 143–151. https://doi.org/10.1016/j.foodhyd.2012.05.009
Tronci, G. (2010). Synthesis , Characterization , and Biological Evaluation of Gelatin-based Scaffolds Dissertation.

Sabtu, 25 November 2017

Isu dan Fakta tentang Gelatin (2)

Postingan kali ini melanjutkan pembahasan tentang gelatin yang sebelumnya sudah saya tulis yaitu tentang gelatin dan manfaatnya.
Silakan buka lagi di sini

Di postingan ini, saya mau cerita isu dan fakta tentang gelatin.
Siap? Simak yaa...

Apa yang menjadi isu dari gelatin?
Ada yang tahu?
Tepat! Isunya adalah pada kehalalan gelatin.

Sebagai mana kita ketahui bersama, di dunia ini ada 2 kelompok protein. Ada protein hewani yang berasal dari hewan, ada yang berasal dari tumbuhan yang disebut protein nabati.

Nah, gelatin ini seperti sudah disampaikan sebelumnya berasal dari jaringan ikat hewan.  Karena gelatin ini hanya bisa dihasilkan dari hewan, maka sumber utamanya adalah hewan mamalia atau hewan yang menyusui. Jadi, sumber yang umum adalah tulang dan kulit sapi dan babi.
Bahaya kan? Apalagi buat kita yang muslim yang dilarang makan derivat atau turunan babi.

Menurut sebuah riset di tahun 2009, 46% dari gelatin yang diproduksi di dunia berasal dari kulit babi, 29,4% dari kulit sapi, 23,1%  dari tulang sapi dan hanya 1,5% dari sumber lain.
Nah, kalaupun  dia bersumber dari sapi, perlu juga diketahui apakah sapi yang digunakan itu disembelih sesuai syariat Islam, atau tidak. Begitu juga jika digunakan kambing atau ayam.

Beberapa waktu lalu, secara tak sengaja saya membuka buku manual tahunan BPS tentang import daan perdagangan Indonesia tahun 2016. Waktu itu saya iseng saja. Namun iseng itu kemudian berubah menjadi rasa ingin tahu ketika saya menemui hal-hal yang menarik tentang impor gelatin dan limbah rambut manusia di tahun 2016.

Jadi di buku itu dilaporkan bahwa impor gelatin kapsul untuk produk farmasetik Indonesia adalah sebesar 71.521 kg atau 71.5 ton denggan nilai 1.683.129 US$. Terus, impor pasta berbasis gelatin adalah sebanyak 809,456 kg atau 809,5 ton dengan nilai 4.596.202 US$. Selanjutnya, impor turunan gelatin sebanyak 100 kg dengan nilai 900 US$ dan pasta dengan basis gelatin yang ready to use sebanyak 600kg dengan nilai 900US$.

Data tersebut, adalah rekapan sepanjang 2016 hingga bulan Oktober.
Jadi total impor gelatin dan produk berbasis gelatin ini adalah sebanyak 881,7 ton.
Itu impor loh yaaa.
Dan impornya itu notabene dari negara kafir, yang kita taulah, sangat mungkin tidak menerapkan sistem penyembelihan yang sesuai syariat jika menyembelih sapi, atau bahkan sumber tulang dan kulitnya adalah berbahan babi.
Na'udzubillah... Ngeri..


Lantas kita bisa apa?
Sebisa mungkin, kita mengecek kehalalan produk-produk yang melibatkan gelatin di dalamnya. Cek ingredient atau komposisi produk yang dibeli.

Sebetulnya,  saat ini beberapa (banyak sih) penelitian juga telah mengembangkan gelatin dari berbagai hewan, seperti kulit dan tulang kambing, kulit, tulang dan ceker ayam, dari ikan bahkan dari serangga. Bahkan, Prof. Irwandi Jaswir, seorang Profesor yang menekuni halal industri asal Indonesia, namun kerja di Malaysia (Sst.. ini mah dosen di kampus saya, Inhart), telah mengembangkan gelatin halal dari unta. Proyek ini bekerjasama dgn Arab Saudi. Kan di Arab berlimpah-limpah tuh unta yang disembelih tiap ada umroh atau haji.

Namun, dengan berat hati saya juga mesti menyampaikan bahwa sifat fisiko-kimia dari gelatin-gelatin (selain babi) ini masih tetap belum bisa menyamai sifat gelatin babi. Lagi pula, harganya masih lebih tinggi dari gelatin babi.  Sementara, produsen mestilah memilih gelatin yang BAGUS dan MURAH demi kualitas dan menekan cost produksi.

Nah, ada lagi orang yang mengatakan, gelatin halal dari tumbuhan ada. 
Disini saya ingin meluruskan ya, bahwa sejauh ini belum ditemukan tumbuhan yang mensintesis kolagen. Produk tumbuhan yang digunakan untuk penstabil atau pengental sejauh ini adalah sejenis agar-agar yang dikenal sebagai karagenan yang berasal dari rumput laut. Dulu juga biasanya orang bikin es krim dengan menambahkan CMC (karboksi metil selulosa), sejenis tepung yang menyerupai kanji atau menggunakan tepung maizena.

Jadi, gelatin ini, hingga kini masih tetap merupakan kontroversi di industri pangan, farmasi dan kosmetik. Maka sepatutnya, kita semua berhati-hati, agar tidak sampai mengonsumsi gelatin yang tidak halal.

Gombak, 251117

Di balik CFP Adiwidya Kamil Pasca ITB


Di postingan sebelumnya, aku sudah pernah menceritakan tentang CFP Adiwidya Kamil Pasca ITB. Lihat disini


Naah, di postingan ini, aku mau cerita keseruan dan kisah sedih di balik kegiatanku mengikuti even itu.

Awalnya sih gak terlalu minat. Tapi karena penasaran pengen nyoba yah sudah akhirnya memaksakan diri.
Oke, bersiap nulis abstrak dulu. Karena memang peserta harus mengirimkan abstrak untuk seleksi awal.

Kebayang gak sih, menulis abstrak sementara papernya sendiri masih di awang-awang? Hehe... Swuussyaah..
Kata temanku, ini abstrak yang benar-benar abstrak.
Iyya, karena abstrak itu sebetulnya intisari dari tulisan yang memuat latar belakang, masalah, metode dan kesimpulan.
Lah, ini tulisannya belum dibuat, tapi sudah kudu setor abstraknya.
Gak papa lah, aku menyemangati diri. Bismillah saja.
Nulis.

Karena memang tipe penulis moody, yang adrenalinnya keluar dan otaknya bisa bekerja dalam kondisi deadline dan underpressure, abstrak itu baru selesai beberapa hari saja menjelang deadline pengiriman abstrak ditutup. Apalagi, saat itu kejar tayang sama revisi naskah untuk ICICS 6 di Palembang plus paper presentation-nya.
Tapi syukurnya, sempat minta tolong direview oleh seorang kolega yang juga bertugas sebagai auditor halal di LPPOM MUI Palembang.

29 September akhirnya abstrak itu selesai.
Sore itu dikirim dan menerima konfirmasi bahwa pengumuman akan keluar seminggu kedepannya.
Ternyata, petang itu juga dikabari bahwa bapak kritis.
Galau, pengen pulang tapi belum lama juga balik ke asrama.
Dalam kesedihan terdalam hanya bisa mengirim doa sebanyak-banyaknya untuk Pak tercinta, untuk kesembuhan dan untuk keputusan yang terbaik menurut Allah.

Hari itu Jumat, dan sore itu adalah waktu diijabahnya doa-doa.
Selepas maghrib, aku turun ke kantin dan akhirnya menerima kabar bahwa Pak sudah berpulang.
Innalillahi wainna ilaihi roojiúun.
Berupaya menguatkan hati, dan meminta bantuan teman untuk memesan tiket pulang.

Malam itu juga berangkat menuju KLIA. Paginya sudah sampai di Palembang dan langsung menuju rumah Pak di Talang Balai. Alhamdulillah masih bertemu dengan jenazahnya, menciumnya dan mengantarkannya ke peristirahatan terakhir.

Beberapa waktu, adiwidya ini terlupakan, hingga suatu hari suami mengabari bahwa abstrakku lolos dan diminta untuk mengirimkan full paper. Alhamdulillah.

Habis dari Palembang, aku nyamperin anak-anak ke Yogya, gak langsung ke KL. Pikirku, mau nulis di Yogya saja. Lebih sepuluh hari di Yogya, paper tak kunjung kelar.
Namun, akhirnya rampung menjelang deadline penyerahan. 
Tanggal 19 Oktober malam paper terkirim, deadlinenya tanggal 20, hiks. Terus, dapat konfirmasi lagi bahwa pengumuman 15 terbaik akan disampaikan tgl 24 Oktober.

What???
Aku sudah booking tiket untuk balik ke KL tanggal 24 Oktober.
Ah, tapi, sepertinya paperku gak bakal masuk nominasi, apalagi itu paper tidak melalui proses review yang seharusnya.
Yang nulis, ngedit dan mereview aku sendiri, hihi.
Lagipula suami berkeberatan jika aku pergi sendiri ke Bandung untuk kegiatan itu.
Okehhh.. tak apa. Itung-itung ajang latihan nulis.
Setidaknya, jika paper itu terpilih untuk diterbitkan di prosiding sudah lumayan. Jadi bisa diklaim buat publikasi ilmiah.

Ternyata, pengumuman 15 terbaik diundur jadi tanggal 25 Oktober.
Sebelumnya aku sudah reschedul penerbanganku ke tanggal 5 November.
Eh, galau juga, ketika dari kampus tiba-tiba ada pengumuman bahwa pembayaran segala tagihan kuliah paling telat tanggal 23 Oktober.
Posisi di luar negara, dan belum urus Certification Letter (CL), hiks.
Belum mengajukan pembayaran juga ke sponsor karena harus melampirkan CL, karena kepulangan ke Indonesia yang mendadak.

Beruntung ibu pejabat Head of Department INHART berbaik hati mau meng-approve permintaan CL via email dan mengirimkannya hari itu juga, yaitu tanggal 27 Oktober.
Alhamdulillah... Makasih Dr. Betania.

Alhamdulillah juga, akhirnya suami mengizinkan berangkat, dengan catatan ditemani si adek Real. Akhirnya menugaskan dek Real untuk membookingkan tiket kereta Malang-Yogya buat dirinya sendiri, dan aku membooking tiket kereta Yogya-Bandung PP buat berdua. Done.

Dek Real tiba di Yogya senin dini hari, dengan kondisi badan panas dan pusing. Kupikir mabok perjalanan. Jadi seharian itu diterapi dan disuruh istirahat.
Qodarulloh, kondisinya makin memburuk hingga menjelang maghrib. Akhirnya, diputuskan aku berangkat sendiri ke Bandung.
Suami dan Utsman mengantarkan hingga ke peron stasiun Tugu, Yogya.

Pagi Selasa itu, akhirnya sampai di lokasi acara bersama anak-anak dari UGM. Singgah dulu di Masjid Salman ITB untuk mandi dan sarapan, lalu berjalan kaki ke Aula Timur ITB yang letaknya di seberang jalan, tak jauh dari Masjid Salman.

Setelah acara pembukaan, kami digiring ke ruang CFP untuk penjurian. Aku tampil di urutan ketiga dengan paper berjudul "Tinjauan terhadap Reaksi Maillard untuk Pengembangan Autentikasi Halal". Alhamdulillah, peserta yang tampil sebelumku juga membahas tentang gelatin. Jadi sedikit terbantu.

Aku tampil sangat biasa jika dibandingkan dengan peserta lain yang bersemangat dan memikat presentasinya. Keder juga, karena aku tahu bagaimana kemampuan public speaking-ku yang tak juga bertambah baik. Walaupun support dan motivasi dari suami mengalir, tetap saja aku nervous, hehe.
Namun, pertanyaan dari dewan penguji semua bisa terjawab.

Acara presentasinya sendiri berlangsung dari 09.30 sampai 14.30 diselingi dengan ishoma yang dipersingkat waktunya.
Setelah itu, kami kembali ke ruang utama dimana kegiatan seminar nasional dengan para pakar sebagai pembicaranya berlangsung.

Saat pengumuman pemenang, aku tak begitu antusias. Apalah diriku, yang cuma seorang pemula. Cukuplah berpartisipasi dalam kegiatan, bertemu orang-orang yang peduli dengan isu halal di Indonesia, sudah cukup menyenangkan hati.

Tiba-tiba aku terhenyak, ketika namaku disebut sebagai terbaik ketiga. Tak percaya rasanya. Tapi, adik-adik peserta yang berada di dekatku menyalami dan mengucapkan selamat. 
Bersama tim dari FEB UGM usai lomba CFP Adiwidya 5 
Alhamdulillah, walaupun 'hanya' terbaik ketiga, cukup membuat bahagia dan menaikkan self confidence si emak ini.
Gimana enggak, lha pesertanya saja dari ITB, UGM, UMS, UPI, UNDIP dan beberapa kampus dengan reputasi baik lainnya.

Terbaik pertama dan kedua adalah mahasiswa pasca sarjana ITB yang (sepertinya) telah merampungkan risetnya pada topik yang diangkat, yaitu tentang bahan alternatif untuk halal industri. Si emak ini, modalnya cuma review paper. Huhu...
Mana bawa nama Inhart dan Unrika pula di papernya.
Semoga lain kali bisa menampilkan research paper di even berikutnya.

Ketika pulang, di Stasiun Bandung, bonus pula bisa ketemu dengan mbak Desy, salah satu mahasiswa Unrika yang sekarang tinggal di Bandung. Sayang, waktu yang sempit tak memungkinkan berlama-lama di Bandung.
Sore itu juga, langsung menuju Stasiun Bandung, dan menumpang Lodaya menuju Yogyakarta.

Minggu, 19 November 2017

Isu dan Fakta tentang Gelatin (1)

Pernah dengar gelatin?
Kenal sama gelatin gak?
Ooo, belum kenal...
Baik, kita kenalan dulu ya?

Gelatin itu turunan dari protein. Kalau protein sudah tahu kan?
Itu tuh, kelompok makromolekul yang menyusun tubuh kita. Berfungsi sebagai zat pembangun. Kalau kita kekurangan protein, maka sel-sel tubuh tidak bisa bertumbuh. Metabolisme akan terganggu.

Protein ini bentuknya macam-macam. Ada yang globular atau berbentuk bulat, ada yang fiber atau berserabut. Nah, yang globular ini biasanya dia larut dalam air. Contohnya albumin (putih telur). Kalau yang fiber dia tidak larut dalam air. Contohnya keratin (protein rambut dan kuku, atau bulu dan tanduk pada hewan).

Alhamdulillah wa Maasya Allah... Memang Allah itu Maha Pandai dan Baik. Dia buat rambut kita dari fiber dan tidak larut dalam air.
Coba bayangkan, kalau seandainya Allah buat rambut kita dari protein globular. Habis keramas, rambutnya hilang, hehe.
Maka, nikmat yang mana lagi yang kamu dustakan?

Nah, kembali ke gelatin.
Gelatin ini dibuat dari proses hidrolisis kolagen. Kolagen itu suatu jaringan ikat yang banyak dijumpai pada kulit dan tulang. Kalau kamu doyan ceker, biasanya kalo dimasak diakan kenyal-kenyal licin gitu. Nah, itulah wujud gelatin.

Gelatin ini fungsinya sangat luas sekali, hehe
Dia digunakan sebagai pengental, pengemulsi, penstabil, pelapis, perekat pada berbagai produk.
Es krim dan coklat misalnya, sering ditambahi gelatin untuk pengemulsi dan penstabil.
Selai dan sirup, ditambahi gelatin sebagai pengental atau penjernih.
Buah-buahan, biar awet dilapisi/coating dengan gelatin atau kadang lilin.
Beberapa industri juga menggunakannya sebagai perekat, film/lapisan pembungkus, dan lain-lain.
Contoh bentuk aplikasi gelatin yang gampang dilihat penampakannya adalah cangkang kapsul.
Jadi, gelatin ini was very common bangetlah di industri, terutama industri pangan dan farmasetik.

Produk dengan gelatin (www.google.com)

Terus, apa manfaat gelatin buat tubuh?
Dari sebuah situs (www.india.com), saya kutipkan beberapa manfaat gelatin buat kesehatan.
Apa saja? 
Simak yuk!

1. Mencegah stretch mark
Bu ibu yang sudah berkali hamil biasanya punya ini. Demikian juga dengan remaja yang cepat perkembangannya, atau orang sakit yang berat badannya susut dengan cepat. Biasanya, gelatin ditambahkan dalam produk rawatan kulit. Karena dia terbuat dari protein, dia mampu diserap dengan cepat oleh tubuh sehingga bisa menggantikan sel-sel kulit yang rusak tadi. Namun jangan khawatir, alternatifnya bisa menggunakan olive oil alias minyak zaitun untuk mengatasi stretch mark dan menjaga kelembaban kulit. 

2. Mengurangi berat badan.
Jika anda ingin mengurangi berat badan konsumsi gelatin dapat membantu. Dengan mengonsumsi gelatin, asupan kalori berkurang karena konversi kalori dari protein tidak sebanyak kalori yang dihasilkan dari karbohidrat.

3. Menguatkan tulang.
Gelatin kan dibuat dari jaringan ikat tulang, jadi kaya dengan mineral yang bermanfaat buat tulang seperti kalsium dan magnesium, sulfur, silikon dan lain-lain.

4. Menyembuhkan luka lebih cepat.
Gelatin mengandung banyak asam amino, terutama glisin, arginin dan prolin. Arginin dan glisin dilaporkan membantu mempercepat penyembuhan luka.

5. Mengatur massa tulang.
Jelas, karena gelatin merupakan protein tulang, jadi friendly lah buat tulang. Ya nggak?

 6. Membantu pencernaan dan meningkatkan kesehatan usus.
Gelatin bagus untuk pencernaan, mampu menyerap cairan, karena sifatnya yang hidrofil (suka dengan air) dan mampu mencegah konstipasi (sembelit).

7. Meningkatkan kualitas tidur
Berdasarkan riset, konsumsi gelatin meningkatkan kualitas tidur dan meningkatkan fungsi kognitif. Selain itu, juga mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk deep sleep. Jadi kita bisa lebih berkualitas tidurnya.

Ternyata banyak sangat manfaat gelatin ini. Wajarlah kalau aplikasinya dimana-mana.
Namun, teman-teman, kakak, ibu, dan sahabat pembaca sekalian, tetap berhati-hatilah jika membeli produk pangan atau kosmetik yang mencantumkan gelatin di komposisinya. Pastikan dulu kehalalan produk tersebut, pastikan tanggal expired-nya baru kualitas dan harganya.

Ok, begitu saja dulu.
Semoga bermanfaat.
Lanjutannya ada di postingan selanjutnya, disini

Gombak, 181117