Jumat, 08 Februari 2019

Ibroh Kembara Musa: Nasihat bagi Para Pencari Ilmu (bagian 3)

Bagian sebelumnya dapat dibaca pada tautan berikut:
https://goresancintabunda.blogspot.com/2019/02/ibroh-kembara-musa-nasihat-bagi-para.html

*****
Kisah pengembaraan Musa dalam surat al Kahfi diceritakan pada ayat 60-82. dalam surat Al Kahfi, hanya ada satu tokoh yang diberi nama, yaitu Musa.
Dalam ayat 60 disampaikan:
Dan ingatlah, ketika Musa berkata kepada (fataahu) pelayan/partnernya: "Aku tidak akanberhenti (berjalan) sebelum sampai ke tempat pertemuan dua laut, atau aku akan berjalan (terus) sampai bertahun-tahun
Disini dikisahkan bahwa Musa bertujuan mencari tempat pertemuan dua laut, dimana dalam perjalanan itu, dia ingin menemukan seorang yang dikatakan Allah mempunyai ilmu yang tidak dimiliki oleh Musa, selaku orang yang paling berilmu dalam kaumnya pada masa itu.
Ayat ini bermakna untuk FOKUS kepada tujuan.
Orang yang berniat mencari ilmu, hendaknya mempunyai tujuan yang jelas dan dia harus fokus untuk mencapai tujuan tersebut. (POINT 1)
Ayat 61 menyebutkan:
Maka ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut itu, mereka lupa ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.
Ayat 62:
Maka ketika mereka telah melewati tempat itu, Musa berkata kepada pembantunya, "Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan ini.
Kedua ayat ini mengisahkan, bahwa dalam mencari ilmu seseorang harus menempuh jalan yang MELELAHKAN. Dan itu sudah sunatullah (POINT 2)
Ayat 63:
Dan pembantunya menjawab, "Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali setan, dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.
Ayat 64:
Dia (Musa) berkata, "Itulah tempat yang kita cari." lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
Kedua ayat ini mernyiratkan, bahwa kadang seorang pencari ilmu, terlupakan tentang keadaannya, terlupakan tentang tujuannya akibat usahanya tadi. Namun, ketika dia tersadarkan bahwa jalan yang ditempuhnya sudah terlampaui, atau menyimpang maka seharusnya dia MENGOREKSI LANGKAHNYA. Jika hal itu salah, ulangilah kembali dengan 'cara" yang benar untuk kembali ke TUJUAN AWALnya. (POINT 3)
Ayat 65:
Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba Kami, yang telah diberikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.
*****
Dalam Shahih Al Bukhari disampaikan Ubay bin Ka'ab meriwayatkan dari Rasulullah salallahu 'alaihi wasallam, dia berkata:
Pada suatu hari, Musa, seorang Nabi, memberi khutbah kepada Bani Israel, lalu dia ditanya, "Siapakah orang yang paling berilmu?"
Lalu Musa menjawab, "Akulah yang paling berilmu dibandingkan siapapun."
Lalu Allah mengingatkan kekhilafannya, karena Musa tidak menisbatkan bahwa yang paling berilmu adalah Allah.
Lalu Allah mewahyukan kepadanya: "Ada seorang hamba dari kalangan hamba-hamba-Ku di satu lokasi dimana bertemunya dua lautan. Dia lebih berilmu dibanding engkau."
Musa berkata:"Wahai Tuhanku, bagaimana aku hendak bertemu dengannya?"
Lalu dikatakan kepadanya:"Bawalah ikan di dalam sebuah bekas (wadah), apabila nanti engkau kehilangan ikan itu, maka engkau (akan) temui dia di situ.
Lalu Musa pun berangkat dan berangkat bersamanya Yusa' bin Nun dalam waktu yang sama dengan membawa ikan dalam sebuah wadah.
*****
Btw, ayat ini mengindikasikan bahwa Allah memberikan ilmu kepada sesiapapun yang dikehendakinya, tanpa memandang kedudukannya. Musa, saat itu berkedudukan sebagai seorang NABI dan ROSUL, sedangkan orang yang akan dicarinya kedudukannya disebutkan sebagai HAMBA ALLAH.
Maknanya, ada banyak orang yang diberi keilmuan yang tinggi dalam satu bidang, namun dia tidak berpengetahuan dalam bidang yang lain. Tidak juga menutup kemungkinan bahwa orang itu derajatnya lebih rendah dari kita (secara sosial, secara usia, dsb). Maka dalam menuntut ilmu, hendaklah BERTANYA KEPADA AHLINYA (POINT 4), dan JANGANLAH SOMBONG (POINT 5) dengan ilmu yang kita miliki.
Allahu a'lam bisshowab.
5 Ayat dulu yaaa frens, insya Allah lanjut besok.
Semoga bermanfaat .
Baarokallahu fiik

Ibroh Kembara Musa: Nasihat bagi Para Penuntut Ilmu (Bagian 2)

Saya telah berusaha untuk on time. Namun ternyata langkah saya masih kurang cepat. Sampai di Masjid, kajian sudah dibuka. Namun peserta masih belum banyak lagi.
Saya mengambil tempat yang masih lapang di barisan sisters (akhwat). Mengeluarkan buku dan pena, bersiap menyimak.
Ups, saya terlupa membawa al Quran.
Alhamdulillah, paket data masih on, jadi bisa ngintip Quran.com dan mengunduh materi versi pdf yang di share di grup.
Sesi kajian, akan berlangsung hingga jam 1 siang, di bagi dalam 4 sesi.
Sesi pertama, adalah INTRO.
Al Quran adalah salah satu tanda/ ayat-ayat Allah, yang didalamnya mengandung sejumlah hudaa linnaas, petunjuk bagi manusia (Al Baqarah ayat 185) dan hudalil muttaqiin (Al Baqarah ayat 1). Di dalamnya berisi penjelasan tentang aqidah, shari'ah dan kissah-kissah umat terdahulu.
Bentuk penceritaan kissah yang terbaik, adalah kisah-kisah yang disampaikan secara langsung oleh Allah dalam Al Quran, dimana hanya ada satu versi saja kissah yang terjadi yang disampaikan oleh pemilik atau pembuat cerita, yaitu Allah.
Di dalam Al Quran, Allah tidak menceritakan hal-hal melainkan hanya yang penting-penting saja dan bermanfaat.
Contohnya, dalam surat Yusuf, dimana dikatakan sebagai "ahsanal qoshosh", cerita terbaik, dimana disana dikisahkan secara utuh, lengkap tentang perjalanan hidup Nabi Yusuf 'alaihissalaam sejak kecil, hingga beliau sukses menjadi pemimpin di negeri Mesir.
Dalam kisah ini tidak disebutkan nama dari semua tokoh yang terlibat, namun hanya dijumpai 3 nama saja yaitu: Yusuf, Ya'qub dan Bunyamin.
Sementara wanita yang menggoda Yusuf (yang dalam beberapa riwayat dikenal sebagai Zulaikha, hanya disebutkan sebagai imro'atul Aziz), raja disebutkan sebagai raja. saudara-saudara Yusuf, perempuan-perempuan yang mengupas mangga, teman Yusuf di penjara, tidaklah didetilkan.
(Bisa jadi diibaratkan mereka sebagai figuran saja..
Hal ini juga, mengingatkan saya pada pertanyaan si Kakak Aya, menjelang saya berangkat ke Gombak: Mengapa ayah nabi Musa tidak pernah disebutkan dalam Al Quran.
Ok, I got the answer, Alhamdulillah).
Adapun tentang Siti Zulaikha, mungkin disitir dari kisah-kisah Israiliyat (versi bani Israil), yang kebenarannya hanya Allah yang tahu. Namun, beberapa nama yang menjelaskan tokoh, bisa juga ditemukan dalam hadits-hadits dari Nabi Muhammad saw.
Lanjut yaa...
Ini tadi tentang kisah pengembaraan Musa yang dimuat dalam surat Al Kahfi, surat no. 18 dalam Al Quran, setelah Al Isro' dan sebelum Maryam. Berjumlah 110 ayat.
Dalam surat Al Kahfi sendiri, terdapat 4 kisah yang diceritakan:
1. Kisah Ashabul Kahfi (penghuni gua)
2. Kisah Shohibul Jannatain (pemilik dua kebun)
3. Kisah pengembaraan nabi Musa
4. Kisah Dzulkarnain.
Masing-masing kisah menekankan pada tema yang spesifik.
Kisah ashabul kahfi mengajarkan tentang keimanan, bagaimana mempertahankan aqidah di bawah penguasa yang dzalim.
Kisah shobul jannatain mengajarkan bagaimana menyikapi ujian berupa harta/kekayaan. Kisah Musa mengajarkan bagaimana tentang perjuangan dan adab mencari ilmu. dan kisah Dzulkarnain bertemakan tentang kekuasaan.
Surat Al kahfi sendiri diturunkan pada tahun ke-5 kenabian dengan asbab nuzul yaitu tentang seorang yang ditanyakan 3 persoalan:
-tentang sekumpulan anak muda yang mengasingkan diri
-tentang seorang yang pergi mengembara ke barat dan ke Timur
-tentang ruh
Tentang ruh ini, Allah menurunkan jawabannya dalam surat Al isra' ayat 85:
Wayas'aluunaka 'anirruuh. Kulli ruuhu min amri Robbii. Wamaa uutiitum minal 'ilmi illa qoliilaa..
Dan mereka bertanya tentang ruh. katakanlah: "Ruh itu urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi ilmu, melainkan sedikit sekali."
Allahu a'lam bisshowaab