Senin, 11 Mei 2020

Menyiapkan Anak menjadi Penghafal Quran (2)

Di part 2 ini saya akan sharing tentang pendidikan Al Quran pada janin. Senyampang kondisi saya yang saat ini tengah hamil, dan masih tetap berkeinginan anak ke-5 ini bisa mengikuti jejak pendahulunya, dekat dengan Al Quran dan semoga bisa menjadi bagian dari penghafal Quran.

Tulisan sebelumnya bisa dibaca pada tautan ini.

Sebetulnya, kehamilan kelima ini seperti 3 lainnya, tidak direncanakan.
Tapi Allah dengan iradahnya berkenan menitipkan lagi sesosok jiwa melalui rahim saya.

Memang sih, sebelumnya Ummi suka mencandai Abahnya anak-anak pasal keinginannya punya anak lima itu. Anak-anak juga sudah sering request adik dengan alasan macam-macam. Mulai dari celetukan "Cuma Utsman di sini yang gak punya adik.", "Kakak gak punya geng main, adiknya ikhwan semua..." sampai ke "Di rumah kita belum ada Ali dan Abu Bakar". Hehehe...
Dan Umminya cuma berkomentar, "Kalo mau apa-apa itu minta sama Allah, bukan sama Ummi."

Walaupun sebetulnya kangen juga menjalani hari-hari hamil-melahirkan yang amaizing, tapi Ummi menekan keinginan itu dalam-dalam. Tak terbayangkan bagaimana repotnya kerja lab-membaca-mereview dan menulis thesis kalo harus ditambahin juga dengan "drama" hamil dan melahirkan semasa studi. Hamil ketika kondisi free saja berat, apalagi jika sedang studi begini.
Cukuplah dengan kisah hamil-melahirkan Mas Irsyad dan Mas Umar yang mengharu biru saja..

Tapi, Allah-lah yang punya kuasa, dan Dia cukup dengan berkata: KUN!

Maka, di suatu petang sepulang dari menghadiri  Konferensi Halal di Universitas Brawijaya- Malang, barulah menyadari bahwa pendarahan yang terjadi sepanjang perjalanan pulang dengan kereta Malang-Yogya adalah pertanda kehadiran sosok baru dalam keluarga kami.
Walau berat, lisan tetap harus berucap Alhamdulillah, kan?
Alhamdulillah 'alaa kulli haal...

Tentang hamil dan penciptaan janin, ada banyak ayat dalam Al Quran yang mengulasnya. Salah satunya di Surat Al A'raf ayat 189:
"Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan dari padanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka, setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhan mereka (seraya berkata), "Jika Engkau memberi kami anak yang shalih, tentulah kami akan selalu bersyukur."

Maka, ketika teman pembaca sekalian mendapatkan berita gembira tentang kehadiran anggota baru dalam keluarga, maka sudah sepatutnya semakin dekat dengan Allah, dan banyak berdoa agar diberikan anak yang shalih. Jangaan, sampai berpikiran buruk, karena Allah itu sesuai apa yang kita persangkakan. Lagi pula, kita tak pernah tahu, dari doa dan amalan shalih anak yang mana kita akan sampai ke surga.


Aih, kepanjangan intronya... Maaf...
Kembali ke topik pembicaraan semula, tentang mendekatkan janin dengan Al Quran.

Di dalam Al Quran Surat An Nahl 115, Allah menyampaikan bahwa urutan penciptaan indera adalah pendengaran, kemudian penglihatan dan kemudian hati (qolb).
Nah, menurut beberapa narasumber beberapa kajian parenting Quran yang pernah saya simak, proses mendidik anak agar dekat dengan Al Quran juga sebaiknya mengikuti  tahapan ini.

Sebetulnya, mendidik janin, adalah fase termudah.
Kenapa dibilang mudah?
Karena janin tidak punya kemampuan menolak apapun "asupan" yang diberikan padanya.
Dengan menstimulus janin dengan Al Quran lebih awal, diharapkan kapasitas otak akan lebih baik, sehingga anak akan lebih cerdas, dan jiwanya akan tenang.

Bagaimana metodenya?

Ada dua metode stimulus yang bisa diberikan, yaitu:

1. Audio atau suara
Metode ini bisa mulai diterapkan mulai usia kehamilan 18 minggu.
Menurut penelitian, janin usia 23-24 minggu sudah mulai bisa merespon suara. Sehingga banyak rekomendasi dari dokter/bidan/pakar pendidikan untuk mulai menstimulasi janin pada usia ini, misalnya dengan mengajaknya ngobrol, membacakan cerita, memperdengarkan musik, dst. Namun, alangkah baiknya jika kita prioritaskan janin untuk mendengarkan bacaan Al Quran, kalam Allah yang mulia.

2. Perabaan atau sentuhan.
Selain merespon suara, janin juga sudah bisa merespon sentuhan. Sehingga, biasanya dokter/bidan juga menganjurkan untuk mengusap, mengelus dan mengajak janin bermain. Macam-macam bentuk permainan yang bisa dilakukan, misalnya mengenal huruf dan huruf hijaiyah, mengenal angka, simbol dan lain-lain. Aktivitas ini sebetulnya bisa dilakukan sejak janin memasuki usia 12-30 minggu.

Siapa yang melakukannya?

Aktivitas mengajari janin ini tentu saja membutuhkan IBU sebagai pelaku utamanya.

Karena, suara yang paling didengar dan merasuk ke jiwa janin adalah suara Ibu. Namun tidak menutup kemungkinan untuk melibatkan anggota keluarga lainnya misal ayah, kakak dan abangnya.
Jadi, untuk mengajarkan janin membaca Al Quran, ibu harus baik dulu bacaannya dan benar dalam mengucapkan huruf-huruf dan lafadznya.
Jika masih belum benar, bolehlah ibu belajar lagi, ikut kelas tahsin..ehehe..


Bisa juga sih dengan memperdengarkan audio atau rekaman suara syaikh atau qori'. Namun, audio Quran dengan suara ibu akan mereduksi paparan gelombang elektromagnetik yang mungkin saja akan berdampak pada janin. Allahu a'lam.

Bagaimana cara melakukannya?

Aktivitas ini bisa dilakukan di sela-sela kegiatan santai ibu. Terutama saat ibu selesai makan.
Kalau mengikut budaya Indonesia yang makan 3 kali sehari, maka aktivitas ini bisa dialokasikan waktunya setiap ibu selesai makan dengan durasi waktu kurang lebih 15 menit.
Mengapa?
Biasanya, usai makan, ibu lebih rileks sehingga janin juga berada pada kondisi nyaman. Saat ibu tenang, limbik otak terbuka  sehingga informasi/stimulus akan lebih mudah diterima otak.

Berikut ini, step mengajarkan surat-surat pendek yang dibagikan salah satu nara sumber.
  • Usai makan, ibu rileks dan membaca Al Fatihah.
  • Kondisikan bayi dengan metode mengandangkan pikiran untuk mengumpulkan fokus. Ibu bisa berbicara dengan intonasi cukup dengan menyapa dan menyampaikan materi pembelajaran hari itu. Misal: "Assalamu'alaikum Dede. Ini Bunda. Hari ini, Bunda mau ajarkan Dede surat Al Fatihah. Surat Al fatihah itu adalah ullumul quran. Ada 7 ayat. Surat Al Fatihah ini wajib dibaca kalo kita sedang sholat. Dede simak yaa" 
  • Ibu membaca surat Al fatihah dengan tempo sedang.  Pembacaan surat diulangi tiga kali, selama 3 hari.Jadi total ada 9 kali pembacaan surat pendek, yaitu 3x3 hari.
  • Jika sudah tercapai, boleh ditambah dengan surat pendek lainnya, dengan metode yang sama.
  • Jika sudah dapat 3 surat, maka di hari ke-10, bisa dilakukan muroja'ah. yaitu membacakan 3 surat yang sudah diperdengarkan sebelumnya selama 3 waktu belajar. baru besoknya disambung dengan surat yang baru.
  • Untuk memfokuskan suara, ibu bisa menggunakan kertas yang digulung atau selang yang ujungnya diberi corong dan ditempelkan ke perut ibu.
Demikian yang pernah disampaikan seorang ibu nara sumber. Alhamdulillah, anak yang distimulus dengan al Quran akan mempunyai beberapa kelebihan dalam kebaikan. Insya Allah jiwanya hanif, mudah dinasihati, dan secara kecerdasan- menurut penelitian- juga lebih baik jika dibandingkan dengan anak tanpa treatment. Kita bisa lihat sendiri mungkin pada hafidz-hafidz cilik yang kini mulai banyak di Indonesia.

Memang butuh perjuangan dan konsistensi. Saya sendiri, selaku Phd mommy kadang tak bisa menerapkan full step-step ini. Alasan tagihan paper dan chapter sering kali membuat saya harus banyak fokus di depan laptop.
Namun, saya mensiasatinya bahwa, aktivitas saya di depan laptop juga harus membawa benefit buat dedek janin.
Maka, pola kerja saya, saya modifikasi seperti berikut ini:

  • Ummi menyalakan laptop. Buka file kerjaan/tugas Ummi dan fokus pada kerjaan
  • Sementara Ummi kerja, Dede janin dengerin murottal dari qori yang Ummi pilih sebanyak satu juz.
  • Setelah satu juz selesai, kita istirahat bareng. Rebahan..
Nah, kadang Ummi harus berjam-jam depan laptop.
Misal, kurang lebih 4 jam.
Maka pada hari itu dedek akan menyimak bacaan 4 juz yang berbeda.
Polanya misalnya: Juz 30, rehat; juz 29, rehat; juz 28-rehat dan juz 1 lalu rehat. Begitu tiap hari.  Semoga istiqomah sampai bulan ke-9. Aamiin.

Tapi Ummi usahakan tiap hari ada stimulasi dari suara Ummi yang langsung disimak oleh Dede.  Apakah itu muroja'ah hafalan, tilawah quran, atau membaca dzikir pagi sore.
Bahkan, program Ramadhan kita salah satunya adalah sholat tarawih dengan mengeraskan bacaan Al fatihah dan surat-surat dalam sholat. Biar si Dede mendengar dan terbiasa dengan Al Quran.

Kalo menurut salah satu nara sumber sih, diharapkan selama hamil, janin bisa khatam 30 juz setidaknya 5 kali, bahkan sembilan kali. Itu artinya, Ibunya harus target 1 juz perhari. 
Silakan saja dicoba praktekkan. Semoga mampu dan diistiqomahkan.

Demikian, sesi sharing kali ini. Next tulisan insya Allah bagaimana setelah bayi lahir..
Allahu a'lam bisshowab

Gombak, 11Mei 2020.
*Tulisan ini membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Ummi nulis, Dede nyimak juz 1 dari Abu Usamah


Tidak ada komentar: