Jumat, 17 November 2017

CFP Adiwidya KamilPasca ITB 5

Suatu hari di bulan September, seorang teman posting di grup PPI tentang informasi seminar nasional bertema halal. Namanya unik banget. Adiwidya 5.
Apaan tuh? Kok baru dengar event ini...?
Baru tahu juga kalau ITB ternyata konsern juga dengan topik halal.
Selama ini, setahuku yang biasa ngusung-usung tema halal ini adalah IPB, UGM, UB dan beberapa Perguruan tinggi Islam.

Adiwidya ini merupakan acara tahunan oleh Keluarga Mahasiswa Islam (Kamil) Pascasarjana ITB. Nah, usut punya usut, ternyata even ini sudah yang ke-5 kalinya diadakan. Setiap tahun, tema yang diangkat berbeda-beda, tergantung issu yang sedang in di tahun berjalan.Tujuan diadakan acara ini adalah memberikan informasi yang berbentuk persuasif dan edukatif kepada masyarakat dan mahasiswa terkait inovasi-inovasi industri halal yang harapan kedepannya dapat memberi sumbangsih dalam perkembangan industri halal.

Tahun 2017 ini tema yang diusung adalah  ''Innovation in Halal Industry towards Indonesia as the World Halal Lifestyle Centre".
Acaranya meliputi seminar nasional, lomba paper halal, pitching plan bussines, dan pameran produk halal, yang digelar di Aula Timur ITB pada Selasa 31 Oktober 2017.

Awalnya aku tidak tertarik. Tapi karena penasaran akhirnya membuka juga link yang diberikan di poster.
Aku tertarik dengan lomba paper halal inovasi.
Bolehlah dijajal nih.
Kebetulan ada paper yang dulu merupakan tugas kuliah yang relevan dengan topik ini.


Penari saman di Acara Pembukaan Adiwidya 5 KamilPasca ITB 2017

Nah, acaranya sendiri untuk CFP terdiri dari 3 tahap. yang pertama seleksi abstrak. Yang kedua seleksi paper dan ketiga presentasi paper untuk mendapatkan 3 paper terbaik.

Berdasarkan bocoran ketua pnitia, ternyata CFP ini diikuti sekitar 47 peserta yang mengirimkan abstrak, yang lolos sekitar 27 judul paper (cmiiw). Dari 27 judul paper ini, diseleksi 15 finalis dan 3 cadangan untuk tampil di sesi presentasi pada hari-H. Alhamdulillah paperku lolos 15 besar.


Acara presentasi paper sendiri berlangsung di salah satu ruang di Aula Timur ITB, diikuti oleh 15 tim dari berbagai kampus. Aku satu-satunya peserta yang emak-emak dan satu-satunya dari kampus di luar Indonesia.
Berbagai topik dibahas dalam 15 paper yang terpilih dari sekitar 47 paper yang masuk. Tema- tema yang masuk sebagai finalis diantaranya adalah tentang halal tourism, halal autentikasi, halal   farmasi, halal fashion, halal media dan halal finansial. Menarik bukan?

Lebih rinci, judul-judul makalahnya adalah sebagai berikut:
1. Pemanfaatan minyak nabati dalam proses ekstraksi propolis
2. Analisis etanol dalam sediaan obat herbal cair
3. Konsep halal dan peranannya dalam dunia fashion
4. Pembuatan kerupuk tulang ayam kampung
5. Reaksi Maillard untuk pengembangan autentikasi halal
6. Potensi ayam, ikan dan rumput laut sebagai bahan dasar cangkang kapsul halal
7. Kriteria ruang solat wanita di tempat wisata
8. Potensi pengembangan wisata halal di Indonesia
9. Moralitas bermedia sosial
10. Budaya dan tradisi religi dalam halal tourism
11 Kajian geofagi Indonesia dalam tinjauan Islam, sosiokultural dan kesehatan
12. Identifikasi kampung Kauman sebagai destinasi halal
13. Hasal digital Intermediary sebagai penyedia modal
14. Nanoemulgel ekstrak kulit manggis sebagai kosmetik halal
15. Halal tourism: peluang dalam pengembangan pariwisata Indonesia.

Gimana? Menarik semua kan? Dan beberapa merupakan hal yang unik dan belum pernah ku dengar sebelumnya.
Kajian geofagi misalnya, tentang perilaku makan tanah di kalangan penduduk daaerah tertentu di Indonesia. Atau ide-ide kreatif lainnya.

Paperku sendiri tentang pengembangan reaksi Maillard Untuk deteksi gelatin dari berbagai sumber.  Gelatin ini menjadi isu karena sumbernya yang didominasi oleh kulit dan tulang hewan babi. Nah, selama ini metode deteksi gelatin itu sudah banyak diteliti, tapi kesemuanya butuh instrumen canggih, tenaga yang terampil, butuh waktu dan harganya mahal. PCR misalnya, memang sudah diakui sebagai metode paling selektif, sensitif dan akurat. Tapi untuk sekali analisa dengan PCR, harganya dikisaran 1 juta/persampel. Kebayang kan kalo mau deteksi cangkang kapsul merti merogoh duit segitu? Berapalah harga sebuah cangkang kapsul.

Nah di paper ini aku mengusulkan sebuah metode baru untuk mengembangkan alat deteksi yang bisa mendeteksi gelatin berdasarkan indeks warna. Seperti strip test buat uji kehamilan itu loh. Jadi gak perlu ribet dan mahal, kan?

Di akhir sesi, paperku juara 3. Alhamdulillah dan benar-benar gak nyangka. Juara 1 dan 2 dari ITB yang mengkaji penggunaan minyak herbal untuk propolis dan ekstrak kulit manggis untuk kosmetik halal itu.
Mantab kan?

Ternyata, ada baaanyak potensi sumber daya alam Indonesia yang bisa dikembangkan untuk mensuport industri halal. Hanya saja perlu research... research dan research supaya kemanfaatannya bisa meluas di kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya dan muslim dunia pada khususnya.



Tidak ada komentar: