Sabtu, 15 Februari 2020

Ibroh Kembara Musa: Nasihat bagi Para Pencari Ilmu (Bagian 4)


Ayat 66 mulai menceritakan tentang pengembaraan Musa bersama hamba Allah yang sholih yang dikenal sebagai al Khadr (dalam riwayat banyak dikenal sebagai Nabi Khidr alaihissalam).

Dalam ayat 66 yang artinya:Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?”

Ayat ini mengindikasikan bahwa dalam belajar seseorang harus FOKUS dan MENGIKUTI RULE atau aturan yang telah ditetapkan oleh gurunya. Menurut ustadz, hikmah dari hal ini adalah supaya ilmu yang diperoleh tersebut dapat menjadi lebih berkah dan bernilai.

Kadang, dalam beberapa kondisi, kita merasa aturan yang diterapkan oleh seorang guru untuk murid-muridnya seperti tidak masuk akal, atau menyulitkan atau tidak sesuai dengan keinginan kita. Contoh, pada kasus saya sendiri. Bulan lalu segera balik ke Jogja, supaya bisa segera menyambung kerja lab untuk pengambilan data. Ternyata, sampai di Jogja, Ustadz saya memerintahkan untuk menyelesaikan dulu manuskrip laporan. Setelah selesai, baru boleh lanjut ke lab lagi. Awalnya, saya sempat kecewa. Tapi, beliau adalah pembimbing dan saya adalah tholibah alias murid. Bagaimanapun, aturan beliaulah yang berlaku. Dan saya berusaha legowo. Saya percaya, skenario Allah yang terbaik.

Selanjutnya, di ayat 67 disebutkan:
Dia menjawab, “Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku.

Dalam ayat ini, penekanannya adalah bahwa, mencari ilmu itu butuh melipatgandakan KESABARAN. Apalagi kalau ilmu-ilmu yang akan kita pelajari itu sebangsa ilmu tingkat tinggi yang bahasannya lebih kepada konsep. Tentu saja butuh membaca, mencerna, mengkaji, menganalisis supaya bisa memahaminya. Dan itu butuh kesabaran tingkat tinggi.
Kadang, kalo di bangku kuliah, dosen hanya bicara pokok-pokoknya saja. Bahkan kadang bicara topik yang sepertinya sama sekali tidak relevan dang materi pembahasan. Jadi, memang kitalah yang harus berusaha sabar dan tetap sabar menekuni dan mengkaji ilmu tersebut. Kalau jaman dulu, mungkin istilahnya CBSA, Cara Belajar Siswa Aktif. Kalau sekarang, mungkin semacam discovery learning, kali yah? Dimana guru hanya sebagai fasilitator...

Next, ayat 68.Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”

Nah, ini lanjutannya. Dalam ayat ini, seolah al Khadir meragukan kesabaran Musa. Ayat 67-68 ini juga mengindikasikan bahwa ilmu tidak datang secara tiba-tiba.

Dalam mencari ilmu, ADA PERSYARATAN tertentu yang harus dipenuhi.Misal, kalau mau masuk SMA, ada syarat, harus lulus SLTP dibuktikan dengan ijazah, nilai, dan sejumlah persyaratan lain.Mencari ilmu, juga meminta kita persyaratan lain selain administrasi seperti, waktu, tenaga dan biaya.

Ayat 69:Dia (Musa) berkata, “Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun.”

Nah, ini adalah ADAB dalam mencari ilmu.Jadi, dalam berguru dan berburu ilmu, kita harus MENUNJUKKAN KESUNGGUHAN kita, berusaha MENEPATI JANJI, dan TIDAK MENYELISIHI GURU.

Dalam ayat ini, disampaikan juga bahwa kalau berjanji, ucapkanlah Insya Allah yang artinya jika Allah menghendaki.Sebagai catatan, kata Insya Allah ini diucapkan ketika kita benar-benar ingin melakukan apa yang kita azzamkan itu. Bukan insya Allah basa-basi ala orang Indonesia yang memasang nama Allah, padahal dalam hatinya ia berniat untuk tidak melakukan seperti apa yang dikatakannya itu, hanya karena tidak enak untuk berkata "Tidak."

Ayat 70:Dia berkata, “Jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku menerangkannya kepadamu.”

Ayat ini seolah-olah bertentangan dengan salah satu prinsip mencari ilmu, yaitu: Bertanya kepada yang tahu.Namun, pada kenyataannya, ada banyak karakter guru yang kita temui, yang dalam dia membagikan ilmunya, dia menetapkan syarat-syarat tertentu seperti yang tadi disampaikan di ayat sebelumnya.

Ayat ini menyatakan: Jangan bertanya, sampai dijelaskan.Mengandung hikmah bahwa seseorang akan DIUJI KESUNGGUHANNYA dalam belajar.

Sebagaimana mungkin sering kita temui di kelas-kelas, ada guru yang tidak membolehkan muridnya mencatat ketika dia menerangkan pelajaran. Ada guru yang membolehkan siswanya memotong penjelasannya, ada yang tidak. Ada guru yang hanya memaparkan tapi tidak mau menjelaskan, dan seterusnya.Nah, tipe-tipe guru seperti ini, menguji kesungguhan kita dalam belajar. Apakah kita akan terus menekuni ilmu tersebut, atau tidak. Kalau ingat zaman kuliah dulu, kita kadang register mata kuliah dengan mempertimbangkan siapa dosennya juga, dari track record beliau mengajar pada kelas-kelas angkatan sebelum kita.

Allahu a'lam bisshowab.Lanjutannya, bagian terakhir insya Allah secepatnya.Semoga bermanfaat.Have a barokah day, all...


Ditulis di Gombak pada 15/02/2019

Tidak ada komentar: